Showing posts with label #CurhatKu. Show all posts
Showing posts with label #CurhatKu. Show all posts

Wednesday, 3 May 2017

Taman Jamur Ciwidey

Jengjeng.. Kita jelong2 ke Bandung tapi gatau mau kemana daan setelah inisiatif scroll instagram nemulah foto tempat yg kita semua belom pernah datengin. TAMAN JAMUR. .
"Wah kayaknya lucu nih"
"Searah nih daerah ciwidey"
"Daerah ranca ranca an juga ini"
"Yuk ah cus"
.
Setelah maen kesana kemari di ciwidey, kita berniat cus ke taman jamur itu di daerah rancabolang. Berbekal gugel maps dia bilang 18an KM 30 menit nyampe.
"Oh deket"
"Nyok.. biar bisa ke tempat lain lg abis itu"
.
Jadi mulailah kita ikutin Gmaps, dari jalan raya ciwidey itu masuk jalan kecil. Pas mepet 2 mobil. 15 menit perjalanan awal masih seru hahahihi. Tetiba jalan aspal abis daaan berubah jalan bebatuan yg batu nya segede mangga mengkel dann lubang segede kubangan kambing. Berbekal kemampuan basa sunda yg baik, adek gue nanya warga dan bener ini jalanan satu-satu nya mau ksitu. Berlanjutlah perjalanan kita. Buttttt jalanan makin sepi, makin sempit, mobil nyangkut2 daan kita gak nemu mobil selain pickup warga dan truk. Zzzzz...
.
"Ges serius ges ini bener gak jalannya"
"Ya allah kok gak ada orang ya"
"Rusak bener jalannya, gak ada tanda2"
.
1 jam-an di jalan kita was was banget dan kita makin sepi masuk hutan. Sinyal yg awalnya hilang timbul kemudian bener2 ilang.
.
"Gilaaaa tempat kyk apa yg bakal kita datengin sih"
"Mo balik nanggung"
.
Berbekal ke-optimis-an kita maju terus aja.. Beberapa saat setelah itu terlihat mobil berpenumpang yg sama2 buka jendela dann mereka sangat sumringah setengah ketawa ngeliat kita, kita pun begitu..
.
"Alhamdulilah ketemu orang"
"Tapi kok muka mereka begitu ngeliat kita"
.
Setelah ajrug2 akhirnya sampe juga. 2 jaman dari jalan raya ciwidey. Sumvaah kacau parah. Gugel boong katanya 30an menit sampe. Taman jamur ini masuk ke kawasan PT. PN gitu, nah nanti setelah naik turun gunung tetiba kita di gerbang portal gitu. Jadi letaknya tu taman tuh kayak di perumahan punya PT itu. Ada TK dan SD juga di samping taman itu. Pas masuk ada retribusi dari satpam PT itu, Gue lupa antara 10 atau 20 ribu gitu. Tamannya masih dalam proses perbaikan dibagian sana sininya.
Karena udah keburu lelah dijalan jadi disananya cuma 15 menit donggg dannn PP cuma sampe jalan raya ituuu 5 jam.



.
Pelajaran hari itu adalah ~jangan gampang percaya sama tempat yg kata orang bagus tapi masih jarang dikunjungin karena pasti ada apa2 nya kalo orang gak banyak yang kesana~ Butt bukan berarti kita nge-zonk cuma belum siap aja jalan kedaerah kyk gitu dengan bawa mobil yg kurang tinggi 
.
Sekiaaan cerita panjang levvar dan kurang penting dr gue

Friday, 21 October 2016

Besties dan ampera!

Selama bertaun taun ngerantau kesini, gak ada terbersit sedikitpun d kpala gue bakal jalan bareng sama kalian dsini.. Gak kepikiran kalo kalian mau main kesini nengokin gue.. masih melayang berasa mimpi.. nyiapin tiket cm kurang dari 3 minggu dan cus kalian tiba-tiba gue jemput di bandara.. ah.. shit.. itu gilaaa dan gue sukaaa kegilaan itu.. Kalian gila saya gila... argggg memang kita muda beda dan berbahaya!!!

Time flies so fast

Indeed! Time flies so fast and we are heading to a new phase of life gaess 😂😂

Sunday, 8 May 2011

kedokteran gigi bikin aku sedikit error :D

maaf ya ,,
aku akhir2 ini gak produktif buat nulis d blogger lagii ,,
stress ngadepin kuliah yang menyita waktu , energi , uang dll ..
aku sekarang udah semester 4 katanya sii 4 semster lagi lulus , tapi jujur aku ngerasa belum dapat apa2 dari kuliah selama 2 tahun ini ..
kuliah di kedokteran gigi gak seindah yang aku bayang kan ketika senior high school dulu ,,
kuliah di sini memeras otak --> apalagi kuliah percepatan .. dengan sistem blok yang mempelajari buanyak sekali materi dalam 2 bulan saja .. sedikit membuat badan ku makin lama makin kurus :(
kuliah di sini juga sangat memeras energi --> praktikum yang harus dikerjakan pagi siang sore malam , sampe terkadang tidak istirahat ..
kuliah di sini juga membuat aku menjadi lebih sabar namun tetap tawakal menjalani semua yang Allah takdirkan untuk hidup aku ..
karena baru di tempat ini aku merasakan ilmu fisika tentang energi itu salah ,, buktinya Usaha maksimal yang aku lakukan untuk mendapatkan hasil yang baik belum tentu mendapat hasil yang maksimal juga ..
bisa gila aku lama-lama ..
banyak-banyak istighfar terus ,,
huahahahaha ..

ya Allah ,, semoga aku mampu melewati hari-hari di sini :)
aminn

Friday, 31 December 2010

Sebuah Surat Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran


Rekan sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.
Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.
Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…

NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.
Aditya Putra Priyahita,
seorang yang sangat merindukan sebuah reuni anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti
URL
dari blognya anggit

--> copy dari fb nya teman sejawat saya --> patria fajar wibowo

Thursday, 5 August 2010

seketika ..

masa masa kuliah ini memang penuh dengan rasa yang campur aduk dan penuh pemikiran ketimbang saat saya sekolah ..

pengeluaran biaya untuk kuliah yang gak sedikit bagi saya membuat saya sedikit merasa bersalah kepada orangtua karna menghabiskan sebegini banyak nya biaya ini itu ..

d sisi lain saya tertegun dengan kehebatan teman2 saya yg memutuskan untuk bekerja ketimbang kuliah,, saya iri dengan mereka ,, karna yg saya liat mereka berpenghasilan dan pasti bisa membuat orangtua mereka tersenyum ..

sedangkan saya ??

maluu sekali rasanya masihh mengemis sama orang tua ..
>.<
semoga kelak akan ada hasil nya dari setiap langkah yang saya jalani dan saya perjuangkan untuk membuat orangtua saya tersenyum selalu ..

amin y Allah ..

Thursday, 8 July 2010

sahabat adalah setia

aku seneng banget bisa kumpul kumpul lagi dengan kalian ,, walau ga selengkap dulu ,, tapi aku seneng ..
tengkyu for being a part of my life .. :)
best friend is never end ,,

Friday, 28 May 2010

my idol ..


-->

Dr Eka Julianta Wahjoepramono Sp BS, Dokter Pertama dan Satu-satunya Bedah Batang Otak Nusantara

Eka Julianta Wahjoepramono

BIODATA

Nama: Dr Eka Julianta Wahjoepramono Sp BS
Lahir: Klaten, 27 Juli 1958
Agama: Kristen
Isteri: Hanna K Damar
Anak: Petra, Nico, dan Grace
Profesi: Ahli Bedah Saraf
Pendidikan: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang, 1983

-->
Dokter pertama dan satu-satunya di Indonesia yang sukses melakukan bedah batang otak dan mengoperasi para penderita gangguan pada otak yang sulit dioperasi, Dr Eka Julianta Wahjoepramono SpBS, lahir di Klaten, Jawa Tengah, 27 Juli 1958, dengan nama Tjioe Tjay Kian. Kakek-neneknya berasal dari Provinsi Fujian, China bagian Selatan. Ketika pemerintah mewajibkan suku Tionghoa di Indonesia memakai nama berbau Indonesia, tahun 1965, nama ini diubah menjadi Eka Julianta Wahjoepramono.
Tidak mudah bagi Eka mewujudkan cita-citanya menjadi dokter. Setamat SMA, dia mengikuti seleksi di sejumlah perguruan tinggi negeri. Antara lain Universitas Gadjahmada Yogyakarta dan Universitas Diponegoro Semarang. Bukan karena nilainya rendah, melainkan perlakuan diskriminasi yang membatasai kuota suku Tionghoa kuliah di universitas besar.
Dia gagal masuk UGM, lalu mencoba peruntungan ke Undip. Dia menyaksikan hasil ujian yang menyatakan lulus. Namun aturannya sama dengan di UGM, mahasiswa suku Tionghoa dibatasi, serta permintaan uang sumbangan.Eka yang berasal dari keluarga tak mampu sempat keder. Namun dia menemui pakdenya dan akhirnya memberi uang sumbangan Rp 2 juta, tahun 1977, uang sejumlah itu sudah dapat membeli mobil baru.
Setelah membayar uang sumbangan itulah, Eka mendapat tiket menjadi dokter. Eka kuliah selama enam tahun di Undip. Selama kuliah, dia aktif dalam kegitan kampus. Ia pernah menjabat ketua kelas, jabatan yang strategis menunjang kuliah maupun mendekati mahasiswa baru. Jabatan itu pula yang dimanfaatkan Eka, mendekati seorang mahasiswi baru, Hannah Kiati Damar, putri Dr Gan Haoy Kiong, dokter ahli bedah yang sangat terkenal di Semarang.
Keduanya berjodoh dan berumah tangga dan sama-sama dokter, jadilah rumah tangga dokter; pasangan Eka dengan Hannah. Pasangan dokter yang bekerja di RS Siloam, Karawaci, ini dikaruniai tiga anak. Lulus dari Fakultas Kedokteran Undip sebagai dokter umum tahun 1984, Eka ingin melanjut agar dokter spesialis, dokter bedah saraf yang sudah sejak lama dicita-citakan.
Saat itu ada aturan, untuk bisa menjadi dokter spesialis, harus terlebih dulu tugas di Puskesmas sebagai dokter pegawai negeri sipil.Agar cita-cita cepat terwujud, dia pun mengatur siasat. Ia sengaja mencari tempat terpencil yang masih dianggap hutan belantara, Kalimantan Tengah. Ia pun ditempatkan di Pendahara, Kecamatan Tewang, Sangalang Garing, Katingan, antara Palangkaraya dan Sampit.
Dokter Eka dengan tekad kuat dan semangat yang tidak pernah padam dalam keadaan sulit dan genting tetap berjuang untuk mewujudkan mimpi nya untuk menjadi dokter bedah saraf. Tiada sia-sia dia jatuh bangun mengejar impiannya, karena sekarang
Dokter Eka adalah satu-satunya dokter yang mendapat rekor dari Museum Rekor Indonesia (Muri). Ia tercatat sebagai dokter pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berhasil membedah batang otak pasien. Sukses ini juga yang melambungkan namanya ke kancah internasional, dan disegani dokter-dokter bedah saraf dunia.
Sebagai seorang dokter ahli bedah saraf yang masih terbilang langka di Indonesia, Dokter Eka memiliki beberapa teknik dalam melakukan operasi bedah saraf otak. Dia mempelajari ilmu yang ditekuninya itu di sejumlah negara, kini sudah menemukan teknologi baru, yakni melalui hidung yang disebutnya dengan Trans Clival. Dengan metode ini, operasi otak tanpa harus bedah tengkorak melainkan cukup melalui tulang clivus pada hidung untuk mengangkat tumor yang menempel di bawah otak. Tingkat kesulitan ini terbilang rendah. Selama kurun waktu 10 tahun, dr Eka sudah menangani operasi 2.839 penderita, dan hanya 2 persen yang gagal dengan berbagai alasan medis. Bahkan Eka dan tim nya sudah menangani penderita dari berbagai negara yang mempercayainya sebagai ahli bedah saraf otak terkemuka.
Prestasi membedah otak berawal pada 20 Februari 2001, ketika Ardiansyah, warga Merak, Banten, datang dalam kondisi kritis. Buruh nelayan berusia sektiar 20 tahun saat itu datang dalam kondisi saraf-saraf lumpuh, kaki dan tangan lumpuh, mata pun melotot, napas tersengal-sengal. Setelah didiagnosa, Ardiansyah ini terkena tumor kavernoma yang telah pecah di pons atau batang otak.
Saat itu, dokter di dunia termasuk dokter bedah saraf pun belum berani mengutak-atik batang otak, karena kalau salah sedikit pasti mati atau lumpuh. Tapi karena pilihannya mati atau hidup, Dokter Eka memberanikan diri membedah batang otak Pak Ardiansyah ini.
Selain Ardiansyah, ada lagi pasien miskin lainnya, yakni Jumiati. Mahmud, suaminya, kepala sekolah swasta di Cengkareng, Jakarta Barat, yang untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga, bekerja sambilan sebagai pemulung sampah. Operasi Ardiansyah dan Jumiati dilayani dokter Eka dan syukur nya Jumiati dan Ardiansyah dapat tertolong nyawanya dengan secara cuma-cuma di RS Siloam.
Menurut Jaya Suprana, yang juga pemilik perusahaan Jamu Jago Indonesia, prestasi dokter Eka luar biasa. "Sepengetahuan saya, batang otak tidak boleh diutak-atik. Tabu. Saking tabunya, batang otak disebut urusan Tuhan. kalau Dokter Eka menjadi bisa mengutak-atik batang otak, berarti anda ini sudah bagian dari Tuhan," kata Jaya, yang dikenal sebagai pemusik dan suka melawak.
Penulis buku Tinta Emas di Kanvas Dunia , buku berisi biografi dokter Eka, Pitan Daslani, juga mengatakan sudah mengecek se-Asia, sejauh ini baru Dr Eka yang pertama dan berhasil membedah batang otak.
Sebagai ahli bedah syaraf, namanya sudah tidak diragukan lagi. Tidak hanya di tingkat nasional, tetapi sudah mendunia. Sebagai contoh, Ia pun menjadi profesor tamu pada Fakultas Kedokteran Departemen Bedah Saraf Universitas Arkansas; dosen tamu pada Harvard Medical School, Massachuset, Amerika; Profesor Tamu pada Universitas Nasional Taiwan, Profesor Tamu pada Rumah Sakit Wang Fang, Taipei; dan Editorial Scientific of Australasia Neuroscience.

Edward R. Laws dari Fakultas Kedokteran Universitas Harvard, yang menjadi Presiden World Federation of Neurosurgical Societies XIII (Federasi Bedah Saraf Dunia), menilai Eka sebagai dokter luar biasa karena mempunyai ilmu membedah batang otak. Selama ini operasi batang otak tak pernah dilakukan karena berisiko mengakibatkan kematian. Namun, Eka berhasil melakukannya.
Guru besar dan ahli bedah saraf dari Taiwan, Yong Kwang Tu, juga mengagumi Eka. Menurut Kwang Tu, keahlian Eka diraih berkat keuletannya sendiri tanpa didampingi oleh seorang ahli bedah saraf.
Dokter ahli bedah saraf masih sangat langka di Indonesia. Padahal kasus bedah saraf dari tahun ke tahun meningkat. Sebagai perbandingan, RS Siloam Gleneagles di kawasan Lippo Karawaci Tangerang pada 1996 hanya menangani 50 kasus, namun pada 2006 ini yang perlu penanganan operasi hampir mendekati 500 kasus.
Biasanya, penyebab untuk kasus bedah saraf otak adalah kecelakaan, stroke, atau pembuluh darah pecah, tumor otak, tumor tulang belakang, dan sebagainya. Tetapi, Dr. Eka lebih sering menangani operasi otak karena stroke karena mencapai angka 902 kasus, tumor sebanyak 657 kasus, tumor tulang belakang 516 kasus, dan trauma akibat kecelakaan sebanyak 486 kasus.
Pasien yang berobat ke Dr. Eka pun juga sudah berdatangan dari Seluruh Indonesia, bahkan ada juga yang dari luar negri. Dan yang membuatnya bangga adalah, Ia bisa menangani pasien dengan baik. Selain itu, bila operasi di luar negri, biaya yang dibutuhkan pun cukup mahal dan kalau berobat di Indonesia, yang pastinya jauh lebih murah. Pasien dari Belanda datang ke Indonesia. Pasien dari Amerika juga datang ke Siloam. Pada saat menanyakan pasien mengapa mereka datang kepada Dr. Eka, mereka menjawab bahwa mereka mendengar dan baca di Internet bahwa reputasi Ia (Dr. Eka) juga sama dengan dokter di Amerika.' Kalaupun pakai asuransi, mereka harus tetap bayar 20 persen, yang nilainya tetap lebih mahal dibandingkan di Indonesia. Kelebihannya di Indonesia, setelah operasi mereka juga sembari bisa pergi ke Bali.

Dr. Eka juga pernah ingin mengundurkan diri dari profesinya, karena salah satu pasien yang ditanganinya meninggal dunia. Sebenarnya pasiennya masih sehat, namun memintanya segera mengoperasinya. Dan Dr. Eka yang lagi berlibur ke Selandia Baru bersama keluarga segera pulang.
Operasi pun di lakukan dan sebenarnya sukses. Namun, menjelang finish, tiba-tiba terjadi accident yang tidak diketahui dari mana, ketika ada udara masuk yang masuk melalui pernapasan dan akhirnya ke jantung sehingga pasiennya meninggal.

Setelah itu lebih dari dua minggu Dr. Eka seperti tidak bisa bangun dan selalu kepikiran. Dari direktur rumah sakit hingga rekan-rekan dokter dan perawat semua berusaha menghibur, namun Ia sudah tidak ambil peduli. Niatnya mau berhenti saja sebagai dokter sampai akhirnya istri pasien yang meninggal itu mengirimkan SMS yang menyatakan dia ikhlas atas kepergian suaminya dan memintanya untuk tidak berhenti bekerja dan mengabdi kepada kemanusiaan. Sejak itulah jiwanya bangkit dan akhirnya melanjutkan tugas lagi.

Selain itu, Dr. Eka juga pernah menangani pasien yang terbilang kurang mampu. Dan Ia cukup bangga dengan pekerjaan mulia itu. Kalau memang ada yang tidak mampu, ada Yayasan Otak Indonesia. Dan Ia tidak mengambil biaya seperserpun tetapi hanya membutuhkan banyak peralatan dan obat. Untuk itu, Ia mendapatkan dari donatur dan pasti masih ada yang mau membantu.
Prestasi Dr. Eka sangat membanggakan Indonesia, tawaran-tawaran pekerjaan hingga pindah kewarganegaraan. Ia pernah ditawari di Jepang dan Arkansas. Tapi Ia malah menolak karena alasan nasionalisme yang membuatnya bertahan di sini. Ia juga tersinggung kalau ada orang di luar negeri yang meredahkan atau tidak memandang Indonesia.
Alasan menolak pindah kewarganegaraan sekalipun ke negara maju dengan fasilitas bagus adalah Ia mempunyai panggilan jiwa terhadap bangsa dan Negara ini. Dan kalaupun pindah ke Amerika, namanya juga belum tentu tersohor seperti di Indonesia.

Tahun-tahun pertama, dia nyaris tak pernah libur, atau berakhir pekan bersama keluarga bahkan waktu untuk keluarga nyaris tidak ada. Bekerja dari pukul 07.00 hingga 24.00 dalam sehari, setiap hari. Barulah setelah ada tim dokter yang terdiri atas lima orang, barulah bisa cuti bergantian.
Yang membuat saya kagum dengan Dr. Eka adalah Dia dengan tulus ikhlas membantu orang-orang yang tidak mampu, memberikan harapan nyawa bagi orang-orang yang mungkin nyawanya sudah di ujung tanduk. Selain itu, Ia juga mengharumkan nama dan meningkatkan derajat Indonesia di mata dunia dengan menjadi dokter bedah syaraf yang sangat handal di bidangnya. Saya sangat terinspirasi dengan dia, saya juga ingin memberikan harapan nyawa seperti dia yang juga memberikan harapan nyawa bagi orang lain.
Saya sangat termotivasi dengan Dr. Eka Julianta, walaupun dulunya ia juga orang yang tidak mampu dan sangat di persulit hidupnya. Namun tidak menjadi halangan karena Ia tetap giat belajar dan mengubah nasib hidupnya menjadi lebih baik. Siapa yang bekerja keras dan bersemangat di hari ini akan meraih kebaikan di hari esok. Disitu saya melihat inti dari kehidupan manusia yakni manusia yang berguna tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga keluarga , masyarakat, bangsa dan negara.
Sumber / Referensi :
- Tokoh Indonesia.com
- Serambinews.com
- Kompas.com
- Tribunpekanbaru.com