-->
Kelainan autoimun terjadi karena ketidakmampuan seseorang dalam mengatasi respon imun terhadap protein antigen sendiri (self-antigen) karena memenuhi kriteria antigenisitas kecuali foreigness. Kelainan yang sering ditemukan di dalam rongga mulut karena autoimun adalah Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) dan sindroma Behcet’s (SB). Kedua kelainan ini terjadi karena respon autoimun terhadap antigen mukosa mulut atau reaksi silang dengan beberapa antigen microbial yang dibuktikan dengan ditemukannya autoantibodi terhadap homogenat mukosa mulut sebanyak 70-80% dibandingkan kontrol yang hanya 10%.
Pada Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR), kerusakan awal epitel mukosa mulut di induksi oleh limfosit yang tersensitisasi. Epitel mukosa mulut yang rusak, kemudian dianggap sebagai antigen yang akan berkombinasi dengan antibodi membentuk kompleks imun. Oleh karena itu, pada SAR dan SB terjadi peningkatan C9 (komplemen) dan kompleks imun larut dalam sirkulasi. Selain itu pada zona dasar membran tampak adanya igG dan C3. Respon seluler terhadap antigen mukosa mulut, juga terlibat pada kasus SAR dan SB. Respons humoral dan seluler terhadap antigen mukosa mulut ini, dibantu oleh efek adjuvan (bahan yang berbeda dari antigen yang meningkatkan respon sel T) plak gigi dan flora mulut atau defisiensi sel supresor. Pada kedua kasus ini akan terjadi peningkatan antibodi di dalam sirkulasi terhadap membran mukosa rongga mulut yang telah mati. Sitotoksisitas antibodi diperkirakan ikut terlibat pada kerusakan jaringan.
SAR mungkin disebabkan adanya reaksi silang antibodi dengan antigen kuman yang ada di dalam rongga mulut, seperti S.sanguis atau virus, dan/atau dengan sel epitel membran mukosa rongga mulut. Alternatif lainnya adalah adanya respon antibodi terhadap jaringan antigen jaringan yang berasal dari ulserasi kronis.
Respon seluler pada kasus ini cukup menarik bila dilihat adanya infiltrasi limfosit pada awal stadium lesi, sedangkan sel lain tidak tampak sampai stadium lanjut. Selain itu, pada SAR tampak adanya limfosit di dalam darah tepi yang tersensitisasi antigen membran mukosa mulut. Dua observasi ini mendukung hipotesis bahwa mekanisme hipersensitivitas yang dimediatori sel, mungkin ikut terlibat dalam patogenesis SAR. Peningkatan sitotoksisitas seluler tergantung antibodi tampak pada beberapa kasus, namun populasi limfosit yang terlibat dalam reaksi ini belum diketahui.
Banyak kelainan autoimun di dalam tubuh menimbulkan manifestasi di dalam rongga mulut. Pemfigus vulgaris merupakan kerusakan mukokutan yang disebabkan antibodi terhadap substansi interseluler sel-sel epitel, dengan manifestasi berupa vesikula atau bula yang sakit. Mulut kering dengan erimatosa pada mukosa, disertai lidah pecah dan mengalami ulserasi, merupakan kelainan yang dapat dihubungkan dengan sindroma Sjogren karena autoantibodi terhadap jaringan konektif. Reaksi autoimun terhadap sel parietal di dalam usus, dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12 yang akhirnya menimbulkan kelainan anemia pernisiosa. Di samping itu, kelainan pada TMJ karena arthritis rheumatoid, pada mukosa mulut karena lupus erimatosa, pada otot mastikasi karena miastenia gravis, perdarahan pada gusi karena autoimun purpura, merupakan manifestasi orofasial karena penyakit autoimun.
terimaksih informasi yang sangat membantu.
ReplyDeletePenyebab Penyakit Autoimun kini mulai terungkap
http://www.indonesiatransferfactor.com/2012/02/penyebab-autoimun.html
Transfer Factor menjadi solusi untuk Autoimun,
Transfer Factor merupakan penemuan terbru dalam bidang kesehatan
mampu meningkatkan Daya tahan tubuh hingga 437%
http://www.indonesiatransferfactor.com/p/tf-baik-dan-aman.html
semoga bermanfaat untuk anda dan keluarga