-->
Penelitian Dale B.Mitch et al menunjukkan bahwa penambahan saliva pada suatu suspensi bakteri oral dapat menyebabkan agregasi bakteri. Pada saliva setidaknya terdapat komponen sekresi yang terikat pada molekul slg A, membuat antibosi slg A tahan terhadap enzim proteolitik yang ada pada saliva. Antibosi slg A saliva bekerja dengan menghambat proses perlekatan sucrose independent tage san sucrose dependent stage S mutans pada permukaan gigi, sehingga tidak terjadi aktivitas metabolik. Oleh kaena itu, slg A dianggap sangat efisien pada hampir semua subjek, seperti permukaan gigi halus yang terpapar jarang terkena karies. Tetapi pada gigi tertentu (fisur,proksimal, dan servikal) yang tidak dapat dijangkau oleh komponen saliva, hubungan pertahanan tidak ditemukan antara titer antibodi dan indeks karies.
Mucin saliva dan konstituennya melindungi permukaan mulut dan gigi melalui berbagai cara:
1. Glikoprotein saliva menutupi dan melumasi mukosa.
2. Enzim antibakteri lisosim pada saliva berfungsi untuk memecahkan dinding sel bakteri dan berfungsi sebagai penakluk.
3. Antibodi pada saliva terutama terdiri dari Imunoglobulin (IgA). IgA ini akan bereksi dengan antigen makanan untuk menetralkan efeknya, selain itu IgA dapat mencegah perlekatan bakteri dan virus pada permukaan gigi dan mukosa mulut.
4. enzim sialoperoksidase mempunyai aktivitas antibakteri, khususnya terhadap laktobasili dan streptokokus.
5. Bikarbonat dan fosfat memberi efek buffer pada makanan dan asam bakteri.
6. Komponen mineral, khususnya kalsium dan ion fosfor berfungsi mempertahankan intregritas gigi dengan cara memodulasi difusi ion dan mencegah hilangnya ion mineral dari jaringan gigi.7
Selain itu pada saliva terdapat faktor-faktor alamiah non spesifik yang juga berperan dalam melindungi gigi dari karies yaitu:
1. Protein Kaya prolin
Protein kaya prolin (PRP) berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi Ca2+ di dalan saliva tetap konstan, yang penting artinya dalam penghambatan demineralisasi dan peningkatan remineralisasi. Selain itu PRP juga berperan untuk mencegah terbentuknya karang gigi. Protein kaya prolin (Protein Rich Prolin / PRP) terdiri dari 150-170 asam amino protein saliva. Protein ini memelihara saliva agar tetap dalam kedaan jenuh terhadap kalsium fosfat dan terdapat juga pada pelikel enamel. Hal ini menunjukkan bahwa PRP memiliki peranan penting dalam proses mineralisasi pada permukaan gigi dan juga mempengaruhi perlekatan bakteri sebelum terbentuknya plak.
2. Laktoferin
Laktoferin di dalam saliva berjumlah kurang dari 1% dari protein ludah. Didala ludah yang dirangsang konsentrasi laktoferin adalah sekitar 1 mg/100ml. Laktoferin merupakan glikoprotein yang mengikat ion-ion spesifik Fe3+ di dalam cairan eksokrin. Efek bakteriostatik maupun bakterimia laktoferin terhadap S.mutans bekerja sangat baikpada konsentrasi 15 mg/100 mL. aktifitas bakterisid laktoferin langsung menembus pada permukaan sel. Struktur sel bakteri terluar seperti membran terluar dan kapsul memiliki suatu sistem perlindungan untuk mengatasi aktifitas laktoferin.
Efek antimikrobial laktoferin dalam melindungi jaringan mulut bekerjasama dengan komponen antimikrobial ludah lainnya seperti lisosim dan laktoperoksidase. Laktoferin dapat bekerja lebih efektif dalam kombinasi dengan lisosim bermuatan negatif pada permukaan sel bakteri. Karena itu kemampuan sel-sel bakteri untuk mengambil ion Fe3+ dapat di reduksi, sehingga laktoferin dalam konsentrasi rendah sudah dapat mengambil ion Fe3+ yang cukup untuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Laktoferin dianggap penting untuk melindungi jaringan epitel dan infeksi bakterial.
3. Laktoperoksidase
Didalam saliva terdapat dua macam peroksidase, yang keduanya mempunyai efek bakteriostatik, namun kedua jenis laktoperoksidase ini memiliki mekanisme yang berbeda. Keduanya sama-sama menggunakan H2O2 sebagai substrat, namun berbeda dalam penggunaan ion-ion sebagai ko-substrat yang diperlukan untuk aktifitas enzimatisnya yaitu: I dan SCN- (tiosianat) serta halida (CL-, Br-, I-, SCN-). Kedua sistem peroksidase ini menurut ko-substratnya dapat dilukiskan sebagai berikut:
1. Sistem laktoperoksidase-tiosianat-H2O2
2. Sistem mieloperoksidase-halida-H2O2
Laktoperoksidase menunjukkan beberapa efek biokimiawi :
1. Mempunyai efek aktifitas antibakterial, memperlambat pertumbuhan berbagai bakteri.
2. Mengkatalisis yodasi asam amino tirosin dalam berbagai protein.
3. Mengkatalisis pembentukan cross-link dalam beberapa protein.
Pada Laktoperosidase saliva, donor utamanya adalah tiosianat (SCN-), yang merupakan senyawa halida dengan konsentrasi kira-kira 1-2 mM di dalam saliva. Dalah hal ini ion tiosanat akan menjadi hipotiosanat (OSCN-), yang mampu mengoksidasi thiols yang memberikan pengaruh bakterisid pada sistem laktoperoksidase-H2O2-SCN-.
Hipotiosianat (OSCN-) dalam konsentrasinya yang cukup dapat menghambat metabolisme karbohidrat oleh streptokokus mutans. Proses penghambatan yang sempurna terjadi karena hidrogen peroksida yang dikeluarkan oleh bakteri mengoksidasi tiosianat (SCN-) dikatalisis oleh laktoperoksidase saliva, menghasilkan OSCN-. Hasil oksidasi ini menghambat metabolisme bakteri dengna membloking transport gula dan melalui enzim glikolisis inaktif. Penghambatan ini akan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan bakteri, dimana keberadaan asam ini akan mengakibatkan demineralisasi permukaan enamel.
4. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang menunukkan aktivitas bakterisid dengan memecah ikatan antara asam N-asetil glukosamin dan N-asetil muramik dalam komponen mukopeptida dinding sel bakteria. Enzim ini berasal dari glandula submandibularis, sublingualis, dan parotis di mulut. Di dalam kelenjar ludah lisozim berlokasi di dalam sel-sel duktus interkalata yang membentuk hubungan antara suatu asinus dengan saluran pembuangan.
Lisozim dapat menghidrolisis komponen-komponen dinding sel bakteri tertentu yang mengakibatkan lisisnya sel bakteri tersebut. Dinding sel bakteri dibentuk oleh heteropolisakarida murein yang dibangun dari dua gula yaitu: asam muramin dan glukosamin, yang bersama-sama dengan peptida dinding sel membentuk ikatan peptidoglikan. Dengan adanya lisozim ikatan tersebut dapat diputus sehingga mengakibatkan terjadinya pori-pori kecil di dalam dinding sel. Efek utama lisozim pada bakteri terdiri atas interaksi awal yang cepat dengan dinding sel mikrobial, yang menyebabkan pembocoran cairan sel. Hal ini dapat menyebabkan matinya sel karena keluarnya ion-ion yang diperlukan bakteri untuk hidup. Terutama bakteri Streptokokus mutans.
5. Faktor aglutinasi dan Agregasi Bakteri
Inkubasi pada berbagai macam bakteri oral dengan ludah mengakibatkan penggumpalan bakteri. Jika hal ini terjadi karena imunoglobin di dalam ludah maka proses ini disebut aglutinasi, sedangkan dalam keadaan lainnya penggumpalan dinyatakan dengan agregasi/penggumpalan. Kedua gejala ini disebabkan oleh interaksi komponen ludah yang mencair dengan dinding sell bakteri. Pada sisi lain komponen ludah yang melekat pada permukaan mulut, misalnya elemen gigi geligi dan mukosa, yang juga berperan sebagai reseptor pengikatan bakteri, hal ini disebut adherensi/ perlekatan.
Penggumpalan bakteri mempersukar pengikatannya pada permukaan dan dengan demikian membatasi kolonisasinya di dalam rongga mulut. Dengan adanya aglutinasi dan agregasi mengakibatkan jumlah bakteri di dalam rongga mulut menurun. Agregat yang terbentuk selanjutnya melalui cara mekanis dapat diangkut ke lambung dan disana dibuat inaktif dalam lingkungan yang sangat asam. Sedangkan proses perlekatan spesifik bakteri pada komponen ludah yang diadsorpsi pada permukaan gigi dan mukosa, menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme di dalam rongga mulut. Komponen ludah yang diabsorpsi ini berguna sebagai reseptor untuk mengikat bakteri pada permukaan mulut.
No comments:
Post a Comment