Showing posts with label #OralBiology. Show all posts
Showing posts with label #OralBiology. Show all posts

Friday, 2 May 2014

KEBIASAAN BURUK YANG SERING TERJADI DALAM RONGGA MULUT

Kebiasaan merupakan faktor penting yang dapat menjadi penyebab dan berkembangnya penyakit seperti penyakit periodontal pada rongga mulut. Seringkali, kebiasaan yang dilakukan tanpa disadari ternyata dapat merusak atau membahayakan bagian rongga mulut kita. Kebiasaan buruk tersebut dapat mempengaruhi jaringan keras (gigi, tulang alveolar), jaringan pendukung (gingiva dan ligamentum periodontal) maupun mukosa dalam rongga mulut lainnya (lidah, bibir, pipi, palatum).
Kebiasaan yang secara signifikan dapat menyebabkan penyakit periodonyal, diklasifikasikan oleh Sorin sebagai berikut:
1. Kebiasaan neurosis (stres emosional)
Contoh: menggigit bibir, menggigit pipi, menggigit-gigit tusuk gigi di antara gigi, mendorong lidah, menggigit-gigit kuku, menggigit-gigit pensil dan kebiasaan parafungsional (bruksism, clenching), dsb.
2. Kebiasaan akibat pekerjaan
Contoh: pemangkas rambut yang biasa membuka jepit rambut dengan gingiva dan menggigit atau menahan paku seperti yang biasa dilakukan oleh tukang sepatu, tukang kayu, tukang meubel, dsb.
3. Kebiasaan lainnya

Contoh: merokok, mengunyah sirih atau tembakau, menyikat gigi terlalu keras dalam arah vertikal maupun horisontal, bernapas lewat mulut, minum susu dg botol yg dibawa hingga tidur, memakai perhiasan atau asesoris yang dipasangkan di bibir dan lidah, menghisap jari, dsb.

Saturday, 19 April 2014

Pola Penelanan

1.  Pola Penelanan Bayi Normal (Penelanan Infantil atau Viceral)
     Pada penelanan bayi yang normal, lidah berada di antara gumpad atas dan bawah, mandibula distabilkan oleh kontraksi otot fasial. Otot businator berkontraksi dengan kuat pada waktu bayi menelan dan pada saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi dan saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi yang baru lahir dan secara bertahap menghilang seiring dengan tumbuhnya gigi di bagian bukal pada periode gigi sulung.
     Penghentian pola penelanan bayi dan munculnya pola penelanan dewasa bukanlah suatu fenomena on-off yang sederhana, malahan kedua elemen itu saling bercampur aduk selama periode gigi sulung dan kadang-kadang sampai periode gigi campur. Gambaran yang terlihat pada wajah dari kombinasi kedua pola penelanan ini disebut “Pola Penelanan Peralihan” (transisional).
     Pengurangan aktivitas otot businator merupakan bagian dari masa transisi ini. Fitur paling khas yang menandai dimulainya proses penghentian pola penelanan bayi yang normal adalah munculnya kontraksi otot-otot elevator mandibula selama menelan yang menstabilkan kedudukan gigi pada waktu oklusi.
2. Pola Penelanan Bayi yang Menetap
    Pola penelanan bayi yang menetap dapat didefinisikan sebagai persistensi predominan refleks menelan bayi setelah gigi tetap erupsi, tetapi hanya sedikit orang-orang yang memiliki pola ini. Pola ini dapat terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot lidah dan fasial yang sangat kuat, bahkan terlihat juga pada waktu ia menyeringai yang sangat lebar. Pengukuran lidah yang kuat terjadi di antara gigi di bagian depan dan di kedua sisinya, serta kontraksi otot-otot businator juga menjadi khusus pola ini.
     Orang yang mempunyai pola ini memiliki wajah tanpa ekspresi, karena otot-otot yang dipersyarafi nervus kranialis, tidak digunakan untuk mengekspresikan wajah, melainkan dipakai untuk menstabilkan mandibula selama menelan yang membutuhkan kerja-kerja dari otot-otot tersebut. Pola penelanan bayi yang menetap ini dapat pula menyebabkan orang yang akan mengalami kesulitan dalam pengunyahan, sebab biasanya oklusi yang terjadi hanya pada salah satu gigi molar dalam setiap kuadran.
3. Pola Penelanan Dewasa Normal (Penelanan Somatik)
     Pola penelanan dewasa normal digambarkan dengan aktivitas bibir dan pipi serta kontraksi otot-otot elevator mandibula. Aktivitas bibir selama pola penelanan dewasa normal tergantung dari kemampuan lidah  untuk menghasilkan valvaseal (sumbat katup) yang sempurna terhadap gigi dan prosesus alveolaris. Menjulurkan lidah pada waktu menelan dapat dibagi 2 yaitu :
a) Tipe simpel: menunjukkan otot-otot bibir, mentalis elevator mandibula, dan gigi beroklusi dengan posisi lidah yang maju. Tipe ini biasanya terlihat pada anak yang mengisap dot terlalu lama dan yang hipertropi.
b) Tipe kompleks: biasanya menyebabkan terjadinya hambatan oklusi (occlusal interference). Tipe ini mengkombinasikan kontraksi otot bibir, fasial, dan mentalis, kurangnya kontraksi otot-otot elevator mandibula, serta penelanan tanpa kontak gigi. Jadi tipe ini dapat diartikan sebagai penjuluran lidah dengan pola menelan tanpa kontak gigi

Tahap-Tahap Penelanan


1. Selama tahap pertama penelanan, makanan dikumpulkan pada bagian depan dari mulut, di depan lidah yang teretraksi. Lengkun posterior pada bagian dorsum menyentuh bagian palatum lunak. Bagian bibir tidak berkontak dan gigi – gigi tidak oklusi.
2. Selama fase kedua penelanan, tahap transportasi bagian ujung lidah bergerak ke atas dan bagian anterior dari dorsum lidah menjadi depresi.
3. Bagian anterior lidah secara keseluruhan bergerak ke atas dan bagian tengah dari dorsum lidah melemah. Transportasi peristaltis dari bolus makanan bergerak ke belakang.
4. Merupakan terakhir dari transportasi, palatum lunak bergeser ke atas dan ke belakang. Otot – otot bibir berkontak stimultan, bersamaan dengan bibir, mandibula terangkat dan gigi menjadi berkontak.
5. Bagian dorsum lidah melemah selain itu selama penelanan bolus makanan melewati isthmus orofaringeal, secara simultan bagian anterior lidah menekan bagian palatum keras, dengan demikian mendorong bolus makanan tersebut ke belakang.
    6. Selama proses penelanan berlangsung, bagian dorsum lidah bergerak lebih ke atas dan belakang berlawanan dengan palatum lunak dan mendesak bolus makanan ke luar dari daerah orofaring.
7. Tahap penelanan telah selesai dan mandibula kembali ke posisi istirahat.
8. Kedua rahang terpisah selama penelanan. Lidah menekan ke depan dan terletak diantara gusi. Ujung dari lidah protusi. Mandibula stabil dengan kontraksi dari lidah dan oto – otot orofacial, lidah berkontak dengan bibir.

Artikulasi Suara

     Variasi dari hubungan antara bibir dan lidah terhadap palatum dan gigi geligi akan menghasilkan variasi suara.
  •       Suara yang dibentuk oleh kedua bibir adalah ‘m, b dan p’ , dimana kedua bibir akan saling mendekat dan berkontak (labial).
  •      Gigi berperan dalam pembentukan huruf  ‘s’ dimana tepi insisal dari insisif atas dan bawah saling mendekati tapi tidak berkontak. Lewatnya udara diantara gigi –gigi tersebut akan menghasilkan suara huruf ‘s’.
  •          Posisi ujung lidah yang menyentuh palatum langsung dibelakang gigi akan menghasilkan suara huruf ‘d’ (linguopalatal).
  •       Kombinasi dari struktur anatomis akan menghasilkan beberapa macam bunyi, seperti : bibir bawah yang menyentuh tepi insisal gigi atas akan membentuk suara huruf ‘f’ dan ‘v’ (labiodentals), dan
  •          Suara huruf ‘k’ dan ‘g’ dihasilkan saat bagian posterior dari lidah menyentuh palatum lunak.
  •          Bunyi ‘d’ , ‘j’ dan ‘k’ disebut linguopalatal

      Bunyi huruf hidup dibentuk oleh larynx dan diamplitudokan tanpa obstruksi cavum oris ataupun cavum nasi.  Bunyi huruf hidup berjalan melintasi cavum nasi dan mempunyai kualitas nasal.

GANGGUAN PROSES BICARA

Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu perkembangan komponen biacara akan menimbulkan gangguan bicara. Berikut adalah beberapa gangguan/kelainan pada organ oromaksilofasial yang menyebabkan kelainan pembentukan suara :
1. Peradangan pada faring, sinus nasalis atau jaringan nasal akibat infeksi atau alergi akan menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi datar, sengau sulit dimengerti.
2. Penderita dengan ‘anterior open bite ‘ tidak dapat mengeja huruf ‘m, b dan p’ dengan benar karena bibir tidak dapat merapat.
3. Penderita dengan kelainan anatomis seperti makroglosia atau mikroglosia akan mengalami gangguan artikulasi yang berat.
4. Pembuatan gigi tiruan yang tidak tepat dapat menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi tidak jelas.
Kelainan artikulasi pada waktu berbicara, banyak ditemukan pada orang mempunyai palatum sempit sehingga posisi lidah menjadi lebih rendah dan lebih ke depan. Hal iniditemukan/diteliti oleh Ingeervall dan Samnas (1962).
Makin tinggi frekuensi kelainan artikulasi pada palatum yang sempit disebabkan oleh kurangnya ruang untuk pergerakan lidah selama proses berbicara. Ukuran dari lengkung  gigi pada rahang atas mempengaruhi terjadinya distorsi konsonan medioalveolar. Panjang dan lebar palatal juga berhubungan dengan kesalahan penempatan artikulasi.
Tinggi palatal juga berpengaruh dengan distorsi yang terjadi pada beberapa konsonan. Hal ini yang mempengaruhi  terjadinya kelainan  artikulasi dalam berbicara, walaupun masih banyak hal-hal lain yang dapat menyebabkan kelainan artikulasi tersebut.

Saturday, 14 April 2012

Mekanisme Bicara ^^

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mempelajari mekanisme bicara yaitu:
a. Mekanisme pernapasan, suatu proses kompleks yang dimulai dari peristiwa masuknya oksigen kedalam paru-paru, pertukaran O2 dan CO2 dan berakhir dengan peristiwa keluarnya CO2 dari dalam tubuh. Dalam mekanisme bicara, pernapasan bukan hanya sebagai kebutuhan untuk hidup, tetapi merupakan modal dasar dan sumber energy utama dalam proses produksi bicara dan bahasa.
b. Mekanisme fonasi, merupakan proses produksi suara yang dimulai dari perubahan udara dalam traktus vokalis setelah terjadi ekspirasi, sehingga udara yang keluar ditahan/dihambat oleh plika vokalis/pita suara. Perubahan periodic pada pita suara akan berlangsung terus selama tekanan subglotis mencapai besaran tertentu, sehingga dalam peristiwa ini suatu yang dihasilkan seseorang terjadi karena adanya pelepasan udara secara periodic sehubungan dengan adanya adduksi dan abduksi serta besaran tekanan subglotis. Dalam peristiwa fonasi terdapat tiga unsure utama yang harus diperhatikan yaitu: kenyaringan suara, nada dan kualitas suara seseorang.
c. Mekanisme resonansi, merupakan peningkatan intensitas bunyi melalui bentukan (modifikasi) rongga sekitar sumber bunyi. Perubahan/modifikasi rongga-rongga faring akan meningkatkan intensitas fonasi, sehingga dapat diterima telinga sebagai bunyi bicara dengan berbagai variannya den peristiwa tersebut disebut resonansi. Terdapat beberapa aspek yang berpengaruh dominan dalam modifikasi rongga-rongga faring selama bicara yaitu: penutupan velofaringeal untuk memproduksi bunyi-bunyi nasal maupun bukan nasal, pergerakan lidah mempengaruhi besar intensitas gelombang suara dari daerah glottis terutama dalam memberikan karakteristik bunyi-bunyi bicara konsonan (huruf mati), pembukaan mulut secara langsung menentukan bentuk dan ukuran rongga orofaring dan akan berperan dalam produksi bunyi-bunyi vocal atau diftong.
d. Mekanisme artikularis, merupakan bagian akhir dari mekanisme bicara dan merupakan proses pembentukan gelombang udara yang mempunyai intensitas dan frekuensi tertentu menjadi bunyi-bunyi yang berarti sesuai konsep. Keadaan ini dibedakan menjadi mekanisme artikularis vocal, yaitu bunyi bicara yang terjadi dari hasil modifikasi aliran udara dari daerah glottis secara langsung tanpa hambatan dan untuk membedakan bunyi-bunyi vokal dapat dilihat dari perubahan bentuk dan ukuran resonator dan pengaruh dari perubahan posisi lidah. Mekanisme artikulasi konsonan yaitu bunyi bicara yang diproduksi dengan atau tanpa fonasi, dimana aliran udara daerah glottis dimodifikasi melalui hambatan otot-otot prgan artikulasi di daerah orofaring, sehingga akan menghambat, menghentikan atau meletupkan udara yang mengalir dari daerah glottis.

Thursday, 8 December 2011

SUPLAI DARAH PADA GIGI GELIGI^^


-->
Suplai darah pada gigi geligi berasal dari arteri maksilaris yang merupakan cabang terminal dari arteri carotis eksterna dalam substansi glandula parotidea. Arteri maksilaris dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan hubungannya dengan m. pterygoideus, yaitu :
1. arteri mandibularis, yang terletak mulai dari tepi bawah otot masuk ke regio infratemporalis antara collum mandibulae pada permukaan luar, dan ligamentum sphenomandibularis serta nervus alveolaris inferior pada permukaan dalam. Arteri ini mengerluarkan cabang-cabang sebagai berikut :
· arteri auriclaris profunda, arteri ini berfngsi untuk memperdarahi membrane mukosa dan permukaan luar membrane tympani
· arteri tympanica anterior, arteri ini berfungsi membantu memperdarahi membrane mukosa dan permukaan dalam membrane tympani
· arteri meningae media, arteri ini membantu memperdarai dura meter yang menutupi otak pada fossa crania media dan regio temporalis\
· arteri alveolaris inferior, arteri ini juga biasa disebut arteri dentalis inferior. Arteri ini turun tepat di belakang nervus alveolaris inferior, terletak di antara ramus mandibulae pada permukaan luar dan ligamentum sphemomandibularis serta m. pterygoideus medialis pada permukaan dalam , menuju foramen dari canalis alveolaris inferior. Di dalam canalis mandibularis, arteri alveolaris inferior akan mengeluarkan cabang ke gigi geligi pada rahang bawah dan struktur pendukungnya.
2. Bagian pterygoidae, yaitu terdiri dari arteri pterigoidae , arteri tempolaris propunda, arteri pterygomeningae, arteri buccalis, arteri maseter. Arteri-arteri tersebut membantu memperdarahi otot-otot pengunyahan atau mastikasi.
3. Bagian pterygopalatina, yaitu bagian yang terletak dari sisi luar lamina lateralis processus pterygoidae, masuk ke fossa pterygopalatina. Cabang-cabang dari bagian ini adalah
  • Arteri alveolaris superior posterior ~ ramus dentalis untuk gigi M dan P
  • Arteri infraorbitalis memberi cabang arteri alveolaris superior anterior dan medius untuk gigi I dan C
  • Arteri palatina descendens ~ menuju canalis palatinus majus ~ untuk palatum durum dan mukosanya
· Arteri pharyngea, arteri ini memperdarahi membrane mukosa pada bagian belakang apex nasi dan nasopharynx serta mengeluarkan percabangan ke sinus sphenoidalais
· Arteri Canalis pterygoidae, arteri ini berjalan ke belakang disepanjang kanalis tulang pada basis lamina pterygoidae ke foramen lacerum.
· Arteri sphenoplatina, arteri ini terletak di dalam Cavum nasi memperdarahi membrane mukosa yang menutupi sebgain besar dinding lateral cavum nasi, sinus sphenoidalis, sinus maxillaries, sinus ethmoidalis, dan infundibulum sinus frontalis.

Kelenjar Saliva Minor


-->Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin.
1 Kelenjar Glossopalatinal
Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle.
2 Kelenjar Labial
Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada midline dan memiliki banyak duktus.
3 Kelenjar Bukal
Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan kelenjar labial.
4. Kelenjar Palatinal
Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh jaringan fibrous yang padat.

5. Kelenjar Lingual
Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu :
· Kelenjar anterior lingual
Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah.
· Kelenjar lingual Van Ebner
Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata.
· Kelenjar posterior lingual
Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan dengan tonsil.

Anatomi Faring


-->
Merupakan suatu ruangan atau kanal yang meluas dari kranial / atas (dari basis cranii) ke caudal / bawah sampai batas vertebra servikalis VI dan cartilage ccricoidea. Selain itu faring berbentuk tabung muskular berukuran 12,5 cm yang merentang dari bagian dasar tulang tengkorak sampai esofagus. Faring terletak dibelakang hidung, mulut dan laring (tenggorokan). Faring berupa saluran berbentuk kerucut dari bahan membran berotot atau muskulur membranosa dengan bagian terlebar disebelah atas dan berjalan dari dasar tengkorak sampai di ketinggian vertebra servikal ke 6, yaitu ketinggian tulang rawan trikoid tempat faring bersambung dengan esofagus. Pada ketinggian inilah laring juga bersambung dengan trakea atau (batang tenggorok). Didalam faring terdapat 7 lubang : dua dari saluran eustachius, dua bagian posterior lubang hidung (nares) yang berada dibelakangrongga hidung, mulut, laring dan esofagus.
Faring terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
  1. Nasofaring adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka ke arah rongga nasal melalui dua naris internal (koana) dan pada bagian superior palatum lunak. Naso faring ditutupi oleh pseudostratified ciliated columnar epithelium.
a. Dua tuba eustachius atau orofaring menghubungkan nasofaring dengan telinga tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi gendang telinga
b. Amandel (adenoid) faring : penumpukan jaringan limfatik yang terletak didekat naris internal. Pembesaran adenoid dapat menghambat aliran udara.
Batas – batas nasofaring :
- Dinding depan : choanae
- Dinding belakang : hampir vertical dibentuk oleh os. Sphenoid. Basis os. Occipitale dan vertebrata cervicalis I dan II.
- Atap : Corpus os. Sphenoid dengan sinus sphenoidalis.
- Dinding lateral : terdapat muara tuba foss. Rosea mulleri.
  1. Orofaring merupakan bagian tengah dari faring. dipisahkan dari nasofaring oleh palatum luna muskular U ( pada bagian superior dari orofaring terdapat palatum lunak ), suatu perpanjangan palatum keras tulang. Terletak dibelakang mulut., dan pada bagian inferior terdapat tulang hyoid. Orofaring terdiri dari nonkeratinized stratified squamous epithelim.
a. Uvula (anggur kecil) adalah prosessus kerucut (chonical) kecil yang menjulur kebawah dari bagian tengah tepi bawah palatum lunak
b. Amandel palatum terletak pada kedua sisi orofaring posterior
  1. Laringofaring mengelilingi mulut esofagus dan laring yang merupakan gerbang untuk sistem respiratory selanjutnya. Laringofaring merupakan inferior tulang hyoid. Terdiri dari nonkeratinized stratified squamous epithelium,