Monday, 16 May 2011

Pulp Stone (Batu Pulpa)

Sebagian jaringan pulpa digantikan oleh bahan mengapur/kalsifikasi,yaitu terbentuk batu pulpa atau dentikel. Bahan mengapur mempunyai struktur berlamina seperti kulit bawang dan terletak tidak terikat didalam badan pulpa. Dentikel atau batu pulpa dapat menjadi cukup besar dan secara nyata mengubah anatomi interna kamar pulpa karena akan memperkecil ruang di pulpa dan dapat memberikan suatu bekas pada kavitas pulpa bila massa mengapur tersebut dihilangkan.

Walaupun tidak menyumbat orifis saluran akar secara total, tetapi keberadaan batu pulpa ini akan menyukarkan pencarian orifis. Batu pulpa yg besar ini bisa menempel atau lepas dan sering terangkat selama preparasi akses. Diduga bahwa batu pulpa dijumpai pada lebih dari 60% gigi orang dewasa. Batu pula dianggap sebagai pengerasan yang tidak berbahaya,meskipun rasa sakit yang menyebar (referred pain) pada beberapa pasien dianggap berasal dari klasifikasi ini pada pulpa.

Batu pula biasanya terdapat dalam kamar pulpa. Kalsifikasi ini bisa terjadi secara normal maupun sebagai respon terhadap iritasi. Batu pulpa sering terlihat pada radiografis. Dijumpai dentikel yang benar/true pulp stone ataupun dentikel yang palsu/false pulp stone, tergantung struktur histologiknya. True pulp stone biasanya ditemukan di dekat apeks dan terdiri dari dentin atau kalsifikasi semacam dentin dengan tubuli yang dikelilingi oleh sel-sel semacam odontoblas. True pulp stone biasanya tebentuk di saluran akar pada masa pembentukan gigi.

Secara histologis terdapat dua macam false pulp stone :
1. Bulat atau ovoid dengan lapisan mengapur keonsetrik dan permukaan halus
2. Morfus tanpa laminasi dan permukaan kasar.

Dentikel ini dapat ditemukan secara bebas di dalam jaringan pula ( free pulp stone ) dan terikat pada dinding atau tertanam dalam dentin ( attached pulp stone ).Dentikel palsu terbentuk di kamar pulpa karena degenerasi sel pulpa setelah pembentukan akar sempurna

Saturday, 14 May 2011

Nekrosis Pulpa

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa, dapat sebagian atau seluruhnya, tergantung pada seluruh atau sebagian yang terlibat. Nekrosis, meskipun suatu inflamasi dapat juga terjadi setelah jejas traumatic yang pulpanya rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi. Sebagai hasilnya, suatu infarksi iskemik dapat berkembang dan dapat menyebabkan suatu pulpa nekrotik dengan gangren kering.

Nekrosis ada dua jenis yaitu koagulasi dan likuifaksi (pengentalan dan pencairan). Pada jenis koagulasi, bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi bahan solid. Pengejuan ( caseation ) adalah suatu bentuk nekrosis koagulasi yang jaringannya berubah menjadi masa seperti bentuk keju, yang terdiri atas protein yang mengental, lemak dan air.

Nekrosis likuefaksi terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa yang melunak, suatu cairan atau debris amorfus.

Pulpa merupakan jaringan lunak yang terkurung dalam ruangan yang berdinding kaku, tidak memiliki sirkulasi darah kolateral, dan venula serta sistem limfenya akan lumpuh jika tekanan intrapulpanya meningkat. Oleh karena adanya inflamasi yang berkelanjutan sehingga terjadi akumulasi cairan edema pada jaringan penghubung yang mengelilingi pembuluh darah kecil menyebabkan Kerusakan pembuluh darah kapiler , Ekstravasasi sel darah merah dan diapedesis sel darah putih. Sepanjang dinding pembuluh darah banyak lekosit PMN, bergerak secara teratur dan nantinya terbentuk abses kecil = abses pulpa ( bersisi pus dari sel2 lekosit yg mati/rusak, bakteri, jaringan rusak yg mencair), karena jalan ke pulpa kecil, terjadi kegagalan drainase. Peradangan menyebar ke seluruh bagian pulpa, sehingga lekosit, netrofil mengisi seluruh ruang pulpa hingga pulpa mengalami nekrosis.

Namun Jika eksudat yang timbul akibat pulpitis ireversibel diabsorpsi ke rongga mulut melalui pulpa terbuka maka terjadinya nekrosis pulpa akan tertunda, pulpa di akar mungkin akan tetap vital untuk waktu yang lama. Sebaliknya penutupan dan penambalan pada pulpa yang terinflamasi akan menginduksi nekrosis pulpa yang cepat dan total serta penyakit radikuler.

referensii :
- Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta : EGC.
- Tarigan, Rasinta. 2002. Perawatan Pulpa Gigi. EGC
- RE Walton and M Torabinejad. 2001. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia.Ed.3. Jakarta : EGC

Sunday, 8 May 2011

kedokteran gigi bikin aku sedikit error :D

maaf ya ,,
aku akhir2 ini gak produktif buat nulis d blogger lagii ,,
stress ngadepin kuliah yang menyita waktu , energi , uang dll ..
aku sekarang udah semester 4 katanya sii 4 semster lagi lulus , tapi jujur aku ngerasa belum dapat apa2 dari kuliah selama 2 tahun ini ..
kuliah di kedokteran gigi gak seindah yang aku bayang kan ketika senior high school dulu ,,
kuliah di sini memeras otak --> apalagi kuliah percepatan .. dengan sistem blok yang mempelajari buanyak sekali materi dalam 2 bulan saja .. sedikit membuat badan ku makin lama makin kurus :(
kuliah di sini juga sangat memeras energi --> praktikum yang harus dikerjakan pagi siang sore malam , sampe terkadang tidak istirahat ..
kuliah di sini juga membuat aku menjadi lebih sabar namun tetap tawakal menjalani semua yang Allah takdirkan untuk hidup aku ..
karena baru di tempat ini aku merasakan ilmu fisika tentang energi itu salah ,, buktinya Usaha maksimal yang aku lakukan untuk mendapatkan hasil yang baik belum tentu mendapat hasil yang maksimal juga ..
bisa gila aku lama-lama ..
banyak-banyak istighfar terus ,,
huahahahaha ..

ya Allah ,, semoga aku mampu melewati hari-hari di sini :)
aminn

Friday, 25 March 2011

Apa Itu Dentin Sklerotik ?


-->
Sklerosis tubuler adalah sautu proses dimana mineral diletakan di dalam lumen ­­­­­tubulus dentin dan bisa dianggap sebagai ekstensi mekanisme normal dari pembentukan dentin peritubuler.
Transparan atau dentin sklerotik adalah tipe yang berbeda dari dentin sekunder. Ketika hilangnya material mahkota gigi secara lambat, sejumlah besar dari mineral garam dideposit dalam dentin tubulus, dan intratubulus dentin mungkin didepositkan sejumlah yang sama untuk menutup tubulus. Ini dapat membentuk secara relative zona impermeable dari dentin di bawah area dari material gigi yang hilang. Dentin sklerotik sering muncul pada gigi yang lebih tua dan dentin akan tampak translusen, bahkan pada gigi tidak tampak kerusakan. Dentin transparan biasanya pertama kali membentuk jalan tengah antara permukaan pulpa dan amelodentinal junction. Perkembangan lapisan mahkota pada transparan dentin dari apex adalah salah satu kriteria yang digunakan dalam penentuan usia.
Reaksi jaringan yang memerlukan pengaruh odontoblas vital, biasanya terlihat pada daerah perifer karies dentin. Sklerosis tubuler mengakibatkan terjadinya daerah yang strukturnya leih homogen. Atas dasar ini hanya akan ada sedikit penyebaran cahaya ketika cahaya melewati jaringan itu, dan daerah dentin tersbut disebut zona translusen. Namun jangan dikacaukan dengan zona translusen pada karies email. Pada lesi email, zona translusen menunjukan berkurangnya kandungan mineral sedangkan pada lesi dentin menunjukan adanya kenaikan kandungan mineral.
Sklerosis tubuler merupakaan suatu pelindung dalam arti ia menurunkan permeabilitas jaringan, sehingga mencegah penetrasi asam dan toksin-toksin bakteri.
-->
- Edwina A.M.Kidd. 1991. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangannya.
Jakarta : EGC.
- F.J Harty & R. Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
- RE Walton and M Torabinejad. 2001. Prinsip dan Praktek Ilmu Endodonsia.Ed.3.
Jakarta : EGC