Friday, 31 December 2010

Sebuah Surat Untuk Dokter dan Mahasiswa Kedokteran


Rekan sejawat yang terhormat,

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk bisa kaya raya, maka segeralah kemasi barang-barang Anda.
Mungkin fakultas ekonomi lebih tepat untuk mendidik anda menjadi businessman bergelimang rupiah
Daripada Anda harus mengorbankan pasien dan keluarga Anda sendiri demi mengejar kekayaan.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk mendapatkan kedudukan sosial tinggi di masyarakat, dipuja dan didewakan, maka silahkan kembali ke Mesir ribuan tahun yang lalu dan jadilah fir’aun di sana. Daripada Anda di sini harus menjadi arogan dan merendahkan orang lain di sekitar Anda hanya agar Anda terkesan paling berharga.

Jika Anda ingin menjadi dokter untuk memudahkan mencari jodoh atau menarik perhatian calon mertua, mungkin lebih baik Anda mencari agency selebritis yang akan mengorbitkan Anda sehingga menjadi artis pujaan para wanita. Daripada Anda bersembunyi di balik topeng klimis dan jas putih necis, sementara Anda alpa dari makna dokter yang sesungguhnya.

Dokter tidak diciptakan untuk itu, kawan.
Memilih menjadi dokter bukan sekadar agar bisa bergaya dengan BMW keluaran terbaru, bukan sekadar bisa terihat tampan dengan jas putih kebanggaan, bukan sekadar agar para tetangga terbungkuk-bungkuk hormat melihat kita lewat.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengabdian. Mengabdi pada masyarakat yang masih akrab dengan busung lapar dan gizi buruk. Mengabdi pada masyarakat yang masih sering mengunjungi dukun ketika anaknya demam tinggi.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan empati, ketika dengan lembut kita merangkul dan menguatkan seorang bapak tua yang baru saja kehilangan anaknya karena malaria.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kemanusiaan, ketika kita tergerak mengabdikan diri dalam tim medis penanggulangan bencana dengan bayaran cuma-cuma.

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan kepedulian, saat kita terpaku dalam sujud-sujud panjang, mendoakan kesembuhan dan kebahagiaan pasien-pasien kita.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan berbagi, ketika seorang tukang becak menangis di depan kita karena tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit anaknya yang terkena demam berdarah. Lalu dengan senyum terindah yang pernah disaksikan dunia, kita menepuk bahunya dan berkata, “jangan menangis lagi, pak, Insya Allah saya bantu pembayarannya.”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan kasih sayang, ketika dengan sepenuh cinta kita mengusap lembut rambut seorang anak dengan leukemia dan berbisik lembut di telinganya,”dik, mau diceritain dongeng nggak sama oom dokter?”

Memilih jalan menjadi dokter adalah memilih jalan ketegasan, ketika sebuah perusahaan farmasi menjanjikan komisi besar untuk target penjualan obat-obatnya, lalu dengan tetap tersenyum kita mantap berkata, “maaf, saya tidak mungkin mengkhianati pasien dan hati nurani saya”

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan pengorbanan, saat tengah malam tetangga dari kampung sebelah dengan panik mengetuk pintu rumah kita karena anaknya demam dan kejang-kejang. Lalu dengan ikhlas kita beranjak meninggalkan hangatnya peraduan menembus pekat dan dinginnya malam.

Memilih menjadi dokter adalah memilih jalan terjal lagi mendaki untuk meraih cita-cita kita. Bukan, bukan kekayaan atau penghormatan manusia yang kita cari. Tapi ridha Allah lah yang senantiasa kita perjuangkan.
Yah, memilih menjadi dokter adalah memilih jalan menuju surga, tempat di mana dokter sudah tidak lagi perlu ada…

NB :
Ini bukan provokasi untuk menjadi dokter miskin, bukan juga mengatakan bahwa dokter tidak perlu penghormatan atau hal-hal duniawi lainnya. Tulisan ini hanya sekadar sebuah nasihat untuk diri sendiri dan rekan sejawat semua untuk meluruskan kembali niat kita dalam menjadi seorang dokter. Karena setiap amalan tergantung pada niatnya. Silakan menjadi kaya, silakan menjadi terhormat, asal jangan itu yang menjadi tujuan kita. Dokter terlalu rendah jika diniatkan hanya untuk keuntungan duniawi semata. Mungkin akan sangat susah untuk menggenggam erat idealisme ini nantinya. Namun saya yakin, jika ada kemauan yang kuat dan niat yang tepat, idealisme ini akan terbawa sampai mati. Walaupun harus sendirian dalam memperjuangkannya, walaupun banyak yang mencemooh dan merendahkan. Saya yakin, Allah tidak akan pernah salah menilai setiap usaha dan perjuangan hamba-hamba-Nya. Tidak akan pernah.
Aditya Putra Priyahita,
seorang yang sangat merindukan sebuah reuni anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) di surga nanti
URL
dari blognya anggit

--> copy dari fb nya teman sejawat saya --> patria fajar wibowo

Friday, 17 December 2010

Kelebihan dan Kekurangan Amalgam

Amalgam adalah bahan tambal berbahan dasar logam, di mana komponen utamanya:

a). Likuid, yaitu logam merkuri.

b). Bubuk, yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain dengan persentase yang lebih kecil. Seperti bahan restorasi lainnya yang memiliki kekurangan dan kelebihan, amalgam juga memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai berikut :

Kelebihan :

a). Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut (pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan prosedur.

b). Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.

c). Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu “technique sensitive” bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan kekuatan bahan tambal resin komposit.

d). Biayanya relatif lebih rendah


Kekurangan :

a). Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi, sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan estetis sangat diutamakan.

b). Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi sehingga tampak membayang kehitaman.

c). Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.

d). Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

Proses Terbentuknya PLAK

Plak adalah suatu deposit lunak yang mengandung berbagai macam kumpulan mikroorganisma pada permukaan gigi. Satu gram plak dalam gigi dapat mengandung 2x 10 pangkat 11. Plak memiliki komposisi sbb :
1 Komposisi kimia.
- Seluler dan aseluler.
- 20% bentuk padat dan 80% air. terdiri dari :
a. Protein 45%
b. Karbohidrat 15%

c. Lipid 12 %

2 Komposisi Bakteri.

Subgingival 1011/ gram

Bakteri yg tetap bertahan pd epitel 108 /ML saliva

Proses terbentuknya plak :

1. Pembentukan Pelikel
2. Kolonisasi awal
3. Kolonisasi sekunder

4. Maturasi plak


1. Pembentukan pelikel

Beberapa saat setelah pembersihan gigi terbentuk lapisan tipis dari protein saliva, sebagian besar glikoprotein, disimpan pada permukaan gigi (baik itu pada restorasi dan gigi tiruan). Lapisan ini, disebut pelikel saliva acquired, yang tipis (0,5 μm), lembut, tidak berwarna dan transparan. Melekat pada permukaan gigi dan dapat dihilangkan hanya dengan gesekan ringan. Terdapat elektrostatik antara hidroxiapati dan komponen saliva seperti glikoprotein. Pada awal pembentukan pelikel masih terbebas dari bakteri.

Pelikel saliva berfungsi sebagai pelindung. Pelikel juga membatasi difusi dari produk asam dari hasil pemecahan glukosa. Pelikel ini juga mampu mengikat ion organk yang lain seperti fluoride yang dapat meningkatkan remineralisasi. Pelikel juga mengandung antibakteri antara lain Ig G, Ig A, Ig M, komplemen dan lisosim.Dental pelikel terbentuk pada permukaan yang juga menyediakan substrat yang mendukung akumulasi bakteri pada bentukan plak.

2. Kolonosasi awal

Sangat cepat, hanya beberapa menit, setelah itu pelikel langsung terdeposit oleh populasi bakteri. Bakteri dapat terdeposit secara langsung pada enamel tetapi selalu terjadi perlekatan dengan pelikel dan agregasi bakteri juga dilapisi oleh glikoprotein saliva.

Bakteri yang pertama-tama mengkoloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisma fakultatif gram-positif, seperti Actinomyces viscosus,Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguis. Pengkoloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri fakultatif gram-positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen dimana yang dominan adalah mikroorganisme anaerob gram-negatif

3. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak
Kolonisasi sekunder ini memasukkan plak pada bagian belakang bentukan dari plak utama dan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan yang terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan metabolisme plak utama. Pertama-tama, pda proses ini, terdapat sisa ruang intersisial dibentuk oleh interaksi bakteri dengan gram negatif kokus seperti jenis Neisseria dan Veilonella. Kedua, setelah 4-7 hari sebagai tanda pembentukan plak yaitu adanya inflamasi gingiva yang terus berkembang. Selama proses ini kondisi lingkungan akan berubah secara bertahap sehingga menyebabkan perubahan selektif yang lebih jauh. Hal ini termasuk pembukaan sulkus gingiva yang merupakan bagian dari pertumbuhan bakteri yang lebih dalam ditandai dengan aliran cairan dari sulkus gingiva. Ini merupakan hasil penyediaan nutrisi dari serum yang lebih dalam. Hal ini memungkinkan bakteri lain yang memilki kebutuhan metabolisme berbeda untuk masuk kedalam plak dan ini termasuk gram negatif rods seperti jenis Prevotella, Porphyromonas, Capnocytophaga, Fusobacterium dan Bacteroides. Setelah 7-14 hari kompleksibilitas dari plak semakin meningkat lebih jauh dengan adanya gambaranbakteri motil seperti Spirocaeta dan vibros. Interaksi bakteri yang lebih jauh mengakibatkan perbedaan jumlah dan jenisnya.

Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkoloni sekunder ke bakteri pengkoloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregasi diantara spesies gram-negatif, misalnya koagregasi Fusobacterium nucleatum dengan Porphyromonas gingivalis

4. Maturasi plak

Dalam waktu 2 minggu plak menjadi mature. Plak yang matur merupakan kumpulanyang penuh dengan segudang jenis bakteri indigenous dan ini membuat kesulitan jenis bakteri exogenous untuk berkolonisasi.

Semen Seng Phosphat


-->
Komposisi semen seng posphat :
Campuran zinc oksida, magnesium oksida, pigmen dan asam posphat
Powder (sebagai bahan utama ) adalah seng oksida (Zinc Oxide) 90% dan magnesium oksida 10%
Liquid (Cairan digunakan) adalah Phosphoric acid 30 – 50 %, air dan aluminium fosfat
Sifat Mekanik :
Compressive Strength 110MPa.
Diametral tensile strength 8MPa.
Ultimate tensile strength 10MPa.
Modulus Elastis 9-13Gpa
Sifat Kompatibilitas :
Asam posphat pada campuran dapat menyebabkan lesi pada jaringan pulpa mahkota gigi
Waktu pengerasan :
Waktu pengerasan semen seng fosfat yang memadai adalah antara 5 sampai 9 menit, seperti di tentukan dalam spesifikasi ADA no.8.
Manipulasi :
1. Tidak begitu perlu alat ukur untuk membagi jumlah bubuk dan cairan, karena kekentalan yang diinginkan bisa bervariasi menurut kebutuhan klinis nya. Jumlah penggunaan bubuk harus maksimal untuk meminimalkan daya larut dan memaksimalkan kekuatan.
2. alas aduk yang dingin, ini berguna untuk memperpanjang waktu kerja dan pengerasan serta memungkinkan operator menggunakan bubuk dalam jumlah maksimal sebelum pembentukan matriks berlanjut ke titik dimana adukan menjadi kaku.
3. pengadukan di awali dengan menambah sejumlah kecil bubuk dengan cepat. Gunakan area yang luas untuk mengaduk. Mengaduk setiap penambahan bubuk selama 15 detik sebelum dilakukan penambahan berikut nya. Kekentalan bervariasi sesuai dengan maksud penyemenan.
4. harus dengan cepat dimasukkan ke kavitas, jika mungkin dilakukan gerakkan getar.
5. setelah dimasukkan ke kavitas harus di tahan dan di tekan sampai mengeras untuk mengurangi rongga udara. Daerah kerja harus tetap kering.
6. kelebihan semen harus dibuang sebelum mengeras. Lalu mengulas selapis vernis atau lapisan anti tembus lainnya.

ZINC OKSIDE EUGENOL (ZOE)

Zinc oxide eugenol merupakan Suatu semen tipe sedative yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cair, dan berguna untuk basis insulatif (penghambat). Bahan ini juga sering digunakan untuk balutan sementara. PH-nya mendekati 7 yang membuatnya menjadi salah satu semen dental yang paling sedikit mengiritasi.

Struktur dan Komposisi semen seng oksida eugenol :
Type I : zinc oksida(69%), rosin(29%), zinc asetat, eugenol, minyak.
Type II : Zinc oksida(80%), akrilik resin(20%) dan eugenol.

Komposisi eugenol :
Eugenol biasanya berasal dari minyak cengkeh
Minyak cengkeh mengandung lebih eugenol (82 %) dari pada minyak dari teluk,jeruk atau kayu manis
Eugenol adalah optundent( menghilangkan rasa sakit agen)
Ini adalah cairan bening yang secara bertahap berubah menjadi kuning saat terkene cahaya

Sifat-sifat umum :
Mudah digunakan
Sewarna dengan gigi
Adhesif dengan jaringan gigi
Tidak berubah volume ketika mengeras
Mencegah timbulnya karies sekunder
Kekuatan cukup
Tidak larut dan tidak korosif dalam rongga mulut
Tidak toxic dan tidak iritasi pulpa dan gingiva
Dapat dipoles dengan mudah
10. Mencegah pembentukan plak
11. Kecepatan keausan sama dengan email
12. Absorpsi airnya rendah
13. Radiopaque
14. Dapat disimpan lama, murah

Sifat Fisik :
PH Netral (7)
rasio bubuk: cairan dari semen OSE akan mempengaruhi kecepatan pengerasan. Semakin tinggi rasio bubuk: cairan, semakin cepat pengerasannya.
Pendinginan alas aduk akan memperlambat waktu pengerasan kecuali temperaturnya titik pengembunan. Di bawah titik embun ini kondensat akan bergabung dengan adukan dan reaksi pengerasan akan dipercepat.

Seng oksida eugenol permanen tidak sekuat semen lain
Memiliki kekuatan yang lebih besar dan durabilitas (masa pakai) yang lebih lama jika digunakan sebagai bahan tambalan sementara
Perbandingan variasi yang ideal untuk mendapat sifat mekanik yang bagus adalah 60:40.

Sifat Mekanik :
Kekuatan semen OSE tergantung pada tujuan kegunaannya dan pada formula yang dirancang untuk tujuan tersebut.
Compressive Strength 2-14Mpa
Ketebalan adalah satu faktor penting dari restorasi pada saat cementation. Ketebalan tidak lebih dari 25 µm - 40 µm untuk permanen cementation.

Sifat Kompatibilitas :
Eugenol adalah bahan penyebab alergi stomatitis kontak
Ketebalan lapisan dari beberapa produk cenderung tinggi dan kelebihan semen yang mengeras sangat sulit untuk dibuang.

Waktu setting :
Waktu setting dari 4 sampai 10 menit. Untuk semen dimaksud untuk mengisi materi dan basis
Kekuatan compressive.

Kegunaan seng oksida seng eugenol :
Berbagai formula dan kegunaan di sebutkan dalam spesifikasi ADA no.30 untuk bahan restorasi OSE, yang menyebutkan empat jenis OSE ,semen OSE
Tipe1 digunakan untukn semen sementara.
Tipe2 digunakan untuk semen permanen dari restorasi atau alat-alat yang dibuat di luar mulut.
Tipe3 digunakan untuk restorasi sementara dan basis penahan panas.
Tipe4 digunakan untuk pelapik kavitas. Menganjurkan penggunaan bahan lapisan pada dinding pulpa untuk melindunginya dalam iritasi kimia dan bahan restorasi.namun ketebalannya tidak memadai untuk memberi perlindungan panas pada pulpa.
Kegunaan lainya adalah Bahan perekat crown logam dan Bahan pengisi perawatan saluran akar gigi sulung

Sunday, 12 December 2010

Dentinogenesis imperfecta


-->
Dentinogenesis imperfecta merupakan salah satu dari beberapa ganguan pembentukan dentin yang bersifat herediter yang diturunkan secara autosomal dominan dan dapat terjadi pada gigi tetap.
Dentinogenesis imperfecta adalah gangguan pengembangan tulang gigi yang menurun, dengan tanda-tanda mahkota gigi bentuk bola, akar gigi tipis dan sering pendek. Etiologinya adalah faktor genetik yang sampai saat ini belum dijelaskan secara pasti. Zhank dkk (2001) menemukan adanya suatu transisi C-T pada nukleotida 3658 yang menciptakan suatu penghentian pengkodean pada anggota keluarga yang mengalami DI. Menurut Takagi dan Sasaki (1998) hal ini terjadi akibat adanya defisiensi fosfoprotein dentin sehingga mengganggu kalsifikasi dentin dan juga terjadi karena penurunan kandungan mineral akibat sedikitnya kristal hidroksi apatit serta peningkatan kandungan air dalam matriks ekstraseluler dentin dari gigi-gigi yang mengalami Dentino Imperfecta.
Shield (1973) membagi DI secara Klinis ada 3 tipe yaitu:
· Tipe 1 (Dentino Imperfecta) dijumpai pada oesteogenesis imperfecta yang merupakan suatu kerusakan tulang kombinasi, diturunkan secara autosomal dominan
· Tipe II (Dentin opak herediter) timbul tanpa disertai oesteogenesis imperfecta dan diturunkan sebagai suatu rantai perikatan autosomal dominan.
· Tipe III ( Dentin Opak herediter dari pengasingan-Brandywine) terutama ditemukan berbagai obliterasi pulpa sampai pulpa yang sangat luas.

Amelogenesis imperfecta

Amelogenesis imperfecta adalah sekumpulan dari kondisi yang disebabkan karena pembentukan email yang abnormal. Nama ini berasal dari Weinmann et al (1945). Sebelumnya digunakan istilah-istilah aplasia hipoplasia dan displasia jika mungkin dengan tambahan “herediter” untuk menyatakan gangguan ini.

Salah satu penyebab amelogenesis imperfecta ialah faktor herediter seperti autosomal dominan, resesif, X-linked sehingga jumlah individu yang terkena dalam suatu keluarga dapat bervariasi. Bentuk yang paling sering adalah X-linked karena gen X-linked mengatur ukuran dan bentuk gigi manusia. Kelainan ini mempunyai riwayat keluarga, oleh karena itu, beberapa anggota dari satu keluarga dapat mempunyai penyakit ini dalam beberapa generasi. Satu diantara 14.000-16.000 individu menunjukkan amelogenesis imperfecta, tetapi beberapa tipe jarang sekali dijumpai. Barangkali angka ini dinilai terlalu rendah, karena juga ditentukan perbandingan 1 : 4.000 pada anak-anak Swedia dan bahkan 1,4 : 1.000 pada daerah disebelah utara Swedia.

Pada mulanya dibedakan menjadi dua tipe: hipoplastik dan hipokalsifikasi, tetapi kemudian ditambahkan tipe hipomaturatif. Tipe-tipe berdasarkan pola keturunan, bentuk rupa, dan pemeriksaan histologis dibagi lagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Kadang-kadang sukar untuk membedakan bentuk kalsifikasi dari hipomaturatif secara klinis.

a) Tipe-tipe hipoplastik
Email pada waktu erupsi seluruhnya atau sebagian besar tidak ada. Kalau tipis, titik-titik kontak tidak ada; tetapi kerusakan ini dapat dijumpai dalam bentuk cekungan-cekungan. Harus diingat bahwa tempat-tempat dimana terdapat kelainan bukan petunjuk bagi sebab terjadinya, berlawanan dengan kelainan email yang tidak herediter. Bentuk hipoplastik mencerminkan kerusakan matriks email yang disebabkan oleh hancurnya ameloblas secara dini dalam pembentukan cekungan-cekungan. Absennya email mungkin membuktikan tidak adanya diferensiasi epitel email yang sebelah dalam.
Hipoplasia email merupakan istilah untuk menunjukkan pembentukan defek sempurna pada email yang menghasilakn cacat menyeluruh atau perubahan dalam bentuk. Hipoplasia email dapat mengenai gigi susu dan tetap. Hipoplasia email sering ditemukan dan terjadi pada sekitar 50 % populasi.
Etiologi dan patogenesis
Penyakit sistemis disertai kelainan degeneratif sewaktu hamil, juga dapat herediter dan terjadi kelainan degeneratf pada sel ameloblas yang mengganggu pembentukan email. Bila sel ameloblas mengalami kerusakan selama periode pembentukan gigi, yaitu dalam masa pembentukan matriks email, gigi akan mengalami defek dalam bentuknya. Email hipoplasia terjadi sebagai akibat dari berkurangnya jumlah matriks yang menjadi matang secara normal sehingga email menjadi berlubang atau tipis tetapi dengan proses kalsifikasi atau kekerasan normal. Bentuk hipoplastik mencerminkan kerusakan matriks email yang disebabkan hancurnya ameloblas secara dini. Absennya email mungkin membuktikan tidak adanya diferensiasi epitel email yang sebelah dalam.
Defisiensi nutrisi dari vitamin A, C, dan D dapat menyebabkan hipoplasia sistemis. Penderita dengan riwayat ricketsia (kekurangan vitamin D)seringkali menunjukkan hipoplasia berat.

b) Tipe hipomaturatif
Tebal email biasanya normal. Sonde dapat menembus email yang agak lunak. Ameloblas terbukti dapat memproduksi matriks email, tetapi tidak mampu meresorpsi matriks ini dalam ukuran cukup. Mineralisasinya juga tidak dapat sempurna. Email cenderung untuk patah. Elelmen-elemen berbintik coklat-kuning.

c) Tipe hipokalsifikasi
Email superficial yang tidak teratur sangat lunak dan bahkan dapat dikeruk dengan alat yang agak tumpul, tetapi pada mulanya mempunyai tebal normal. Secara klinis dapat bervariasi berupa ceruk, lekukan, defek horizontal, atau vertikal dan tidak ada hubungan dengan kronologis perkembangannya. Tipe yang paling umum adalah hipokalsifikasi yang bervariasi dan ketebalan gigi normal, berwarna cokelat, rapuh serta lunak. Kalkulus dapat terbentuk banyak sekali pada daerah yang rusak sehingga menyebabkan fraktur email menjauhi dentin. Begitu email fraktur, dentin terlihat sehingga cepat rusak meninggalkan hanya akar. Pada radiogram tampak email hampir tak terlihat, seperti bayangan, atau sama sekali tidak ada.

Thursday, 9 December 2010

PEMERIKSAAN DIAGNOSIS DAN DETEKSI KARIES

a. Pemeriksaan Klinis Secara Visual
1. Karies pada permukaan halus
Dapat dilakukan dengan sondasi, ketika sonde menyangkut pada pit dan fisure maka kemungkinan sudah mulai terjadi lesi karies. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan secara visual dengan ditemukannya lesi berwarna putih atau coklat pada permukaan halus.
2. Karies pada permukaan aproksimal
Karies aproksimal meliputi daerah serviks hingga titik kontak. Pemeriksaan secara visual klinis sangat sulit dilakukan karena tertutup oleh gigi yang berdekatan. Pemeriksaan dapat juga dilakukan dengan menggunakan probe briault namun jika dilakukan penekanan yang cukup keras maka dapat mengakibatkan terbentuknya kavitas yang lebih lebar. Ketika melakukan pemeriksaan probing, gigi yang diperiksa harus benar-benar bersih dan kering agar lesi karies dapat terlihat.
3. Karies sekunder
Merupakan karies yang umumnya ditandai dengan diskolorisasi pada tepi tumpatan. Perubahan warna ini juga dapat disebabkan oleh korosi dari amalgam atau pantulan cahaya dari amalgam melalui email yang relatif transparan. Perubahan warna pada daerah sekitar tumpatan dapat juga menunjukkan proses demineralisasi. Umunya berwarna putih atau kecokelatan.

b. Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan radiografi yang sering dilakukan adalah radiografi bitewing karena pemeriksaan ini memperlihatkan daerah lesi karies yang cukup jelas. Pada film radiografi, lesi karies terlihat lebih radiolusen daripada email dan dentin.

1. Karies pada pit dan fisure
Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan bitewing. Gambaran yang dapat dilihat hanya menunjukkan lesi pada daerah dentin, sedangkan pada email sangat halus sehingga tidak begitu terlihat.
2. Karies pada permukaan aproksimal
Pemeriksaan juga dilakukan dengan bitewing, gambaran yang ditunjukkan berupa daerah segitiga gelap di email. Gambaran radiografi ini juga dapat mendeteksi demineralisasi namun tidak dapat mendiagnosa kegiatan lesi. Karies pada permukaan akar aproksimal juga terlihat pada radiografi bitewing.
3. Karies sekunder
Radiografi bitewing sangat penting dalam mendiagnosa karies sekunder yang biasanya terjadi pada daerah servikal di area stagnasi plak. Oleh karena itu bahan restorasi harus bersifat radiopak.

c. Metode Laser flourensis
Beberapa tahun terakhir laser flourensis dibuat secara komersil untuk membantu deteksi karies oklusal. Alat ini akan memancarkan sinar dengan panajang gelombang 655 nm yang ditransmisikan melalui serat kaca ke ujung handpiece. Ujung alat ini diletakkan pada permukaan gigi yang diperiksa. Sinar laser akan masuk kedalam gigi. Serat yang berbeda pada ujung akan menerima refleksi dan flourensi dari lesi yang diduga diproduksi dari bakteri porfirin. Cahaya yang diterima diukur dan intensitasnya mengindikasikan ukuran dan kedalaman lesi karies. Reproduksibilitas alat ini terbukti sangat baik tetapi memberikan nilai yang salah jika ada pewarnaan atau kalkulus.

d. Tooth Separation
Teknik ini merupakan salah satu pengembangan dari ortodonti yang bertujuan untuk memberikan jarak antara kedua gigi sebelum meletakkan band. Sebuah bahan cetak yang elastis ditekan diantara titik kontak menggunakan alat khusus. Setelah beberapa hari terdapat jarak diantara kedua gigi sehingga dapat dilakukan probing untuk mendeteksi adanya lesi karies. Cara lain adalah menggunakan sedikit material elastomer yang di injeksikan diantara gigi. Setelah beberapa menit material dapat dilepaskan dengan probing dan hasil cetakan diperiksa apakah terdapat cetakan lesi atau tidak.

e. Transmited Light
Teknik ini merupakan teknik yang sangat membantu dalam mendiagnosa karies aproksimal. Sebuah lesi karies memiliki indeks bias yang lebih rendah sehingga memberikan gambaran yang lebih gelap. Pada gigi posterior digunakan sumber cahaya yang lebih kuat dan harus menggunakan fiber optik agar diperoleh diameter fokus yang lebih kecil sehingga diperoleh gambaran yang lebih jelas. Teknik ini sangat baik digunakan pada pasien gigi berjejal dan wanita hamil.

Saliva dan Karies


-->
Penelitian Dale B.Mitch et al menunjukkan bahwa penambahan saliva pada suatu suspensi bakteri oral dapat menyebabkan agregasi bakteri. Pada saliva setidaknya terdapat komponen sekresi yang terikat pada molekul slg A, membuat antibosi slg A tahan terhadap enzim proteolitik yang ada pada saliva. Antibosi slg A saliva bekerja dengan menghambat proses perlekatan sucrose independent tage san sucrose dependent stage S mutans pada permukaan gigi, sehingga tidak terjadi aktivitas metabolik. Oleh kaena itu, slg A dianggap sangat efisien pada hampir semua subjek, seperti permukaan gigi halus yang terpapar jarang terkena karies. Tetapi pada gigi tertentu (fisur,proksimal, dan servikal) yang tidak dapat dijangkau oleh komponen saliva, hubungan pertahanan tidak ditemukan antara titer antibodi dan indeks karies.

Mucin saliva dan konstituennya melindungi permukaan mulut dan gigi melalui berbagai cara:
1. Glikoprotein saliva menutupi dan melumasi mukosa.
2. Enzim antibakteri lisosim pada saliva berfungsi untuk memecahkan dinding sel bakteri dan berfungsi sebagai penakluk.
3. Antibodi pada saliva terutama terdiri dari Imunoglobulin (IgA). IgA ini akan bereksi dengan antigen makanan untuk menetralkan efeknya, selain itu IgA dapat mencegah perlekatan bakteri dan virus pada permukaan gigi dan mukosa mulut.
4. enzim sialoperoksidase mempunyai aktivitas antibakteri, khususnya terhadap laktobasili dan streptokokus.
5. Bikarbonat dan fosfat memberi efek buffer pada makanan dan asam bakteri.
6. Komponen mineral, khususnya kalsium dan ion fosfor berfungsi mempertahankan intregritas gigi dengan cara memodulasi difusi ion dan mencegah hilangnya ion mineral dari jaringan gigi.7
Selain itu pada saliva terdapat faktor-faktor alamiah non spesifik yang juga berperan dalam melindungi gigi dari karies yaitu:
1. Protein Kaya prolin
Protein kaya prolin (PRP) berfungsi untuk mempertahankan konsentrasi Ca2+ di dalan saliva tetap konstan, yang penting artinya dalam penghambatan demineralisasi dan peningkatan remineralisasi. Selain itu PRP juga berperan untuk mencegah terbentuknya karang gigi. Protein kaya prolin (Protein Rich Prolin / PRP) terdiri dari 150-170 asam amino protein saliva. Protein ini memelihara saliva agar tetap dalam kedaan jenuh terhadap kalsium fosfat dan terdapat juga pada pelikel enamel. Hal ini menunjukkan bahwa PRP memiliki peranan penting dalam proses mineralisasi pada permukaan gigi dan juga mempengaruhi perlekatan bakteri sebelum terbentuknya plak.
2. Laktoferin
Laktoferin di dalam saliva berjumlah kurang dari 1% dari protein ludah. Didala ludah yang dirangsang konsentrasi laktoferin adalah sekitar 1 mg/100ml. Laktoferin merupakan glikoprotein yang mengikat ion-ion spesifik Fe3+ di dalam cairan eksokrin. Efek bakteriostatik maupun bakterimia laktoferin terhadap S.mutans bekerja sangat baikpada konsentrasi 15 mg/100 mL. aktifitas bakterisid laktoferin langsung menembus pada permukaan sel. Struktur sel bakteri terluar seperti membran terluar dan kapsul memiliki suatu sistem perlindungan untuk mengatasi aktifitas laktoferin.
Efek antimikrobial laktoferin dalam melindungi jaringan mulut bekerjasama dengan komponen antimikrobial ludah lainnya seperti lisosim dan laktoperoksidase. Laktoferin dapat bekerja lebih efektif dalam kombinasi dengan lisosim bermuatan negatif pada permukaan sel bakteri. Karena itu kemampuan sel-sel bakteri untuk mengambil ion Fe3+ dapat di reduksi, sehingga laktoferin dalam konsentrasi rendah sudah dapat mengambil ion Fe3+ yang cukup untuk dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Laktoferin dianggap penting untuk melindungi jaringan epitel dan infeksi bakterial.
3. Laktoperoksidase
Didalam saliva terdapat dua macam peroksidase, yang keduanya mempunyai efek bakteriostatik, namun kedua jenis laktoperoksidase ini memiliki mekanisme yang berbeda. Keduanya sama-sama menggunakan H2O2 sebagai substrat, namun berbeda dalam penggunaan ion-ion sebagai ko-substrat yang diperlukan untuk aktifitas enzimatisnya yaitu: I dan SCN- (tiosianat) serta halida (CL-, Br-, I-, SCN-). Kedua sistem peroksidase ini menurut ko-substratnya dapat dilukiskan sebagai berikut:
1. Sistem laktoperoksidase-tiosianat-H2O2
2. Sistem mieloperoksidase-halida-H2O2
Laktoperoksidase menunjukkan beberapa efek biokimiawi :
1. Mempunyai efek aktifitas antibakterial, memperlambat pertumbuhan berbagai bakteri.
2. Mengkatalisis yodasi asam amino tirosin dalam berbagai protein.
3. Mengkatalisis pembentukan cross-link dalam beberapa protein.
Pada Laktoperosidase saliva, donor utamanya adalah tiosianat (SCN-), yang merupakan senyawa halida dengan konsentrasi kira-kira 1-2 mM di dalam saliva. Dalah hal ini ion tiosanat akan menjadi hipotiosanat (OSCN-), yang mampu mengoksidasi thiols yang memberikan pengaruh bakterisid pada sistem laktoperoksidase-H2O2-SCN-.
Hipotiosianat (OSCN-) dalam konsentrasinya yang cukup dapat menghambat metabolisme karbohidrat oleh streptokokus mutans. Proses penghambatan yang sempurna terjadi karena hidrogen peroksida yang dikeluarkan oleh bakteri mengoksidasi tiosianat (SCN-) dikatalisis oleh laktoperoksidase saliva, menghasilkan OSCN-. Hasil oksidasi ini menghambat metabolisme bakteri dengna membloking transport gula dan melalui enzim glikolisis inaktif. Penghambatan ini akan mengurangi jumlah asam yang dihasilkan bakteri, dimana keberadaan asam ini akan mengakibatkan demineralisasi permukaan enamel.
4. Lisozim
Lisozim adalah enzim yang menunukkan aktivitas bakterisid dengan memecah ikatan antara asam N-asetil glukosamin dan N-asetil muramik dalam komponen mukopeptida dinding sel bakteria. Enzim ini berasal dari glandula submandibularis, sublingualis, dan parotis di mulut. Di dalam kelenjar ludah lisozim berlokasi di dalam sel-sel duktus interkalata yang membentuk hubungan antara suatu asinus dengan saluran pembuangan.
Lisozim dapat menghidrolisis komponen-komponen dinding sel bakteri tertentu yang mengakibatkan lisisnya sel bakteri tersebut. Dinding sel bakteri dibentuk oleh heteropolisakarida murein yang dibangun dari dua gula yaitu: asam muramin dan glukosamin, yang bersama-sama dengan peptida dinding sel membentuk ikatan peptidoglikan. Dengan adanya lisozim ikatan tersebut dapat diputus sehingga mengakibatkan terjadinya pori-pori kecil di dalam dinding sel. Efek utama lisozim pada bakteri terdiri atas interaksi awal yang cepat dengan dinding sel mikrobial, yang menyebabkan pembocoran cairan sel. Hal ini dapat menyebabkan matinya sel karena keluarnya ion-ion yang diperlukan bakteri untuk hidup. Terutama bakteri Streptokokus mutans.
5. Faktor aglutinasi dan Agregasi Bakteri
Inkubasi pada berbagai macam bakteri oral dengan ludah mengakibatkan penggumpalan bakteri. Jika hal ini terjadi karena imunoglobin di dalam ludah maka proses ini disebut aglutinasi, sedangkan dalam keadaan lainnya penggumpalan dinyatakan dengan agregasi/penggumpalan. Kedua gejala ini disebabkan oleh interaksi komponen ludah yang mencair dengan dinding sell bakteri. Pada sisi lain komponen ludah yang melekat pada permukaan mulut, misalnya elemen gigi geligi dan mukosa, yang juga berperan sebagai reseptor pengikatan bakteri, hal ini disebut adherensi/ perlekatan.
Penggumpalan bakteri mempersukar pengikatannya pada permukaan dan dengan demikian membatasi kolonisasinya di dalam rongga mulut. Dengan adanya aglutinasi dan agregasi mengakibatkan jumlah bakteri di dalam rongga mulut menurun. Agregat yang terbentuk selanjutnya melalui cara mekanis dapat diangkut ke lambung dan disana dibuat inaktif dalam lingkungan yang sangat asam. Sedangkan proses perlekatan spesifik bakteri pada komponen ludah yang diadsorpsi pada permukaan gigi dan mukosa, menyebabkan terjadinya kolonisasi mikroorganisme di dalam rongga mulut. Komponen ludah yang diabsorpsi ini berguna sebagai reseptor untuk mengikat bakteri pada permukaan mulut.