1. Pola
Penelanan Bayi Normal (Penelanan
Infantil atau Viceral)
Pada penelanan bayi yang normal, lidah berada di antara gumpad atas dan bawah, mandibula distabilkan oleh kontraksi otot fasial. Otot businator berkontraksi dengan kuat pada waktu bayi menelan dan pada saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi dan saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi yang baru lahir dan secara bertahap menghilang seiring dengan tumbuhnya gigi di bagian bukal pada periode gigi sulung.
Penghentian pola penelanan bayi dan munculnya pola penelanan dewasa bukanlah suatu fenomena on-off yang sederhana, malahan kedua elemen itu saling bercampur aduk selama periode gigi sulung dan kadang-kadang sampai periode gigi campur. Gambaran yang terlihat pada wajah dari kombinasi kedua pola penelanan ini disebut “Pola Penelanan Peralihan” (transisional).
Pengurangan aktivitas otot businator merupakan bagian dari masa transisi ini. Fitur paling khas yang menandai dimulainya proses penghentian pola penelanan bayi yang normal adalah munculnya kontraksi otot-otot elevator mandibula selama menelan yang menstabilkan kedudukan gigi pada waktu oklusi.
2. Pola Penelanan Bayi yang Menetap
Pola penelanan bayi yang menetap dapat didefinisikan sebagai persistensi predominan refleks menelan bayi setelah gigi tetap erupsi, tetapi hanya sedikit orang-orang yang memiliki pola ini. Pola ini dapat terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot lidah dan fasial yang sangat kuat, bahkan terlihat juga pada waktu ia menyeringai yang sangat lebar. Pengukuran lidah yang kuat terjadi di antara gigi di bagian depan dan di kedua sisinya, serta kontraksi otot-otot businator juga menjadi khusus pola ini.
Orang yang mempunyai pola ini memiliki wajah tanpa ekspresi, karena otot-otot yang dipersyarafi nervus kranialis, tidak digunakan untuk mengekspresikan wajah, melainkan dipakai untuk menstabilkan mandibula selama menelan yang membutuhkan kerja-kerja dari otot-otot tersebut. Pola penelanan bayi yang menetap ini dapat pula menyebabkan orang yang akan mengalami kesulitan dalam pengunyahan, sebab biasanya oklusi yang terjadi hanya pada salah satu gigi molar dalam setiap kuadran.
3. Pola Penelanan Dewasa Normal (Penelanan Somatik)
Pola penelanan dewasa normal digambarkan dengan aktivitas bibir dan pipi serta kontraksi otot-otot elevator mandibula. Aktivitas bibir selama pola penelanan dewasa normal tergantung dari kemampuan lidah untuk menghasilkan valvaseal (sumbat katup) yang sempurna terhadap gigi dan prosesus alveolaris. Menjulurkan lidah pada waktu menelan dapat dibagi 2 yaitu :
a) Tipe simpel: menunjukkan otot-otot bibir, mentalis elevator mandibula, dan gigi beroklusi dengan posisi lidah yang maju. Tipe ini biasanya terlihat pada anak yang mengisap dot terlalu lama dan yang hipertropi.
b) Tipe kompleks: biasanya menyebabkan terjadinya hambatan oklusi (occlusal interference). Tipe ini mengkombinasikan kontraksi otot bibir, fasial, dan mentalis, kurangnya kontraksi otot-otot elevator mandibula, serta penelanan tanpa kontak gigi. Jadi tipe ini dapat diartikan sebagai penjuluran lidah dengan pola menelan tanpa kontak gigi
Pada penelanan bayi yang normal, lidah berada di antara gumpad atas dan bawah, mandibula distabilkan oleh kontraksi otot fasial. Otot businator berkontraksi dengan kuat pada waktu bayi menelan dan pada saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi dan saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi yang baru lahir dan secara bertahap menghilang seiring dengan tumbuhnya gigi di bagian bukal pada periode gigi sulung.
Penghentian pola penelanan bayi dan munculnya pola penelanan dewasa bukanlah suatu fenomena on-off yang sederhana, malahan kedua elemen itu saling bercampur aduk selama periode gigi sulung dan kadang-kadang sampai periode gigi campur. Gambaran yang terlihat pada wajah dari kombinasi kedua pola penelanan ini disebut “Pola Penelanan Peralihan” (transisional).
Pengurangan aktivitas otot businator merupakan bagian dari masa transisi ini. Fitur paling khas yang menandai dimulainya proses penghentian pola penelanan bayi yang normal adalah munculnya kontraksi otot-otot elevator mandibula selama menelan yang menstabilkan kedudukan gigi pada waktu oklusi.
2. Pola Penelanan Bayi yang Menetap
Pola penelanan bayi yang menetap dapat didefinisikan sebagai persistensi predominan refleks menelan bayi setelah gigi tetap erupsi, tetapi hanya sedikit orang-orang yang memiliki pola ini. Pola ini dapat terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot lidah dan fasial yang sangat kuat, bahkan terlihat juga pada waktu ia menyeringai yang sangat lebar. Pengukuran lidah yang kuat terjadi di antara gigi di bagian depan dan di kedua sisinya, serta kontraksi otot-otot businator juga menjadi khusus pola ini.
Orang yang mempunyai pola ini memiliki wajah tanpa ekspresi, karena otot-otot yang dipersyarafi nervus kranialis, tidak digunakan untuk mengekspresikan wajah, melainkan dipakai untuk menstabilkan mandibula selama menelan yang membutuhkan kerja-kerja dari otot-otot tersebut. Pola penelanan bayi yang menetap ini dapat pula menyebabkan orang yang akan mengalami kesulitan dalam pengunyahan, sebab biasanya oklusi yang terjadi hanya pada salah satu gigi molar dalam setiap kuadran.
3. Pola Penelanan Dewasa Normal (Penelanan Somatik)
Pola penelanan dewasa normal digambarkan dengan aktivitas bibir dan pipi serta kontraksi otot-otot elevator mandibula. Aktivitas bibir selama pola penelanan dewasa normal tergantung dari kemampuan lidah untuk menghasilkan valvaseal (sumbat katup) yang sempurna terhadap gigi dan prosesus alveolaris. Menjulurkan lidah pada waktu menelan dapat dibagi 2 yaitu :
a) Tipe simpel: menunjukkan otot-otot bibir, mentalis elevator mandibula, dan gigi beroklusi dengan posisi lidah yang maju. Tipe ini biasanya terlihat pada anak yang mengisap dot terlalu lama dan yang hipertropi.
b) Tipe kompleks: biasanya menyebabkan terjadinya hambatan oklusi (occlusal interference). Tipe ini mengkombinasikan kontraksi otot bibir, fasial, dan mentalis, kurangnya kontraksi otot-otot elevator mandibula, serta penelanan tanpa kontak gigi. Jadi tipe ini dapat diartikan sebagai penjuluran lidah dengan pola menelan tanpa kontak gigi
No comments:
Post a Comment