Tuesday, 8 July 2014

TRAKTUS GENITALIA MASKULINA

Terdiri atas TestisDuktus genitalisKelenjar tambahan, dan Penis
TESTIS
Merupakan kelenjar tubuler kompleks. Fungsi sebagai alat Reproduksi dan HormonalDibungkus oleh kapsula jaringan pengikat kolagen. Pada bagian posterior tunika albugenia menebal (mediastinum testis), keluar septa membagi testis menjadi sekitar 250 ruang pyramidal (lobulus testis). Septa tudak sempurna sering ada hubungan antara lobulus. Di dalam lobulus testis 1 - 4 tubulus seminiferus. Tubulus seminiferus Penampang kl 150–250Um, panjang 30–70 cm. Terdiri atas Tunika jaringan pengikat fibrosa, Lamina basalis, dan Epithel germinativum atau seminiferus kompleks
       - Sel sertoli ( penyokong )
       - Sel sel turunan spermatogenik atau seminal. 4 – 8 lapis terletak antara membrana basalis dan Lumen. Mengalami differensiasi ,menghasilkaSpermatozoa (proses spermatogenesis)
Spermatogenesis dapat dibagi menjadi tiga fase :
1.Spermasitogenesis ,spermatogonia membelah menghasilkan spermatosit.
2.Meiosis ,spermatosit mengalami dua pembelahan yang Berurutan, dengan pengurangan setengah jumlah Kromosom dan jumlah DNA per sel ,menghasilkan spermatid.
3.Spermiogenesis spermatid mengalami sitodiferensiasi menghasilkan spermatozoa.
Fungsi sel sertoli :
1.Penyokong,pelindung,mengatur nutrisi spermatozoa yang sedang berkembang.
2.fagositose
Selama spermatogenesis ,sitoplasma spermatid yang berlebihan dibuang sebagai residu. Fragmen sitoplasma ini difagosit ,dihancurkan selanjutnya diresorbsi oleh lisosom sel sel sertoli.
3.Sekresi
-    Cairan yang mengalir ke duktus genitalis yang berguna untuk transport sperma.
-       Protein pengikat androgen
-       Hormon steroid
JARINGAN INTERSTETIAL
Adalah ruang antara tubulus seminiferus, mengandung jaringan pengikat, pembuluh darah, dan pembuluh limphe. Setelah pubertas timbul jenis sel lain berbentuk bulat atau polygonal, inti ditengah, sitoplasma eosinofil yang banyak mengandung tetesan lipid. Terdapat sel interstitial (sel leydig) menghasilkan hormone testosteron, yang berperan dalam perkembangan sifat kelamin pria skunder.
SALURAN GENITAL INTRA TESTIS
Tubuli rekti, rete testis, duktuli eferentes.
Perubahan dari tubulus seminiferus menjadi tubuli rekti adalah secara mendadak. Pada bagian permulaan sel spermatogenik menghilang sel sertoli tetap ada.Tubuli rekti terdiri dari epithel kuboid yang di sokong oleh jaringan pengikat padat. Rete testis terdapat didalam medistinum dilapisi epithel kuboid. Dari rete testis menjadi 10 – 20 duktuli eferentes. Epithel kuboid bergantian dengan epithel silindris, seringkali bersilia yang berguna membantu pergerakan sperma ke epididymis.

SALURAN EKSRETORIS GENITALIA
Duktuli eferentes, epididymis, duktus deferen, urethraDuktus epididymis.
Epididymis merupakan saluran panjang dan berkelok kelok.  Dilapisi epithel silindris, membrane basalis dikelilingi oleh sel sel otot polos, jaringan pengikat longgar yang kaya kapiler darah. Permukaan epithel diliputi tonjolan sitoplasma yang membentuk mikrovilli irregular yang panjang (stereosilia).  
Duktus deferens berbentuk Lurus ,dinding tebal, menuju urethra pars prostatika. Lumen sempit, dinding terdiri dari sel otot polos yang tersusun spiral. Mukosa membentuk lipatan longitudinal sebagian dilapisi epithel silindris kompleks dengan stereosila. Lamina propria merupakan lapisan jaringan pengikat yang kaya serabut elastin. Sebelum menembus prostat duktus deferens melebar membentuk ampula. Pada daerah ini epithel menjadi lebih tebal. Kemudian masuk kelenjar prostat bermuara kedalam urethra pars prostatika. Bagian yang masuk kelenjar prostat dinamakan duktus ejakulatorius yang mempunyai lapisan mukosa yang sama dengan ampula tapi tanpa lapisa otot.
KELENJAR TAMBAHAN GENITALIA
Terdiri dari Vesika Seminalis, Kelenjar Prostat, dan Bulbouretralis
VESIKA SEMINALIS
Terdiri dua saluran berkelok kelok. Panjang kl 15 cm. Punya lipatan mukosa yang oleh epithel silindris komplek. Lamina propria vesika seminalis kaya akan serabut elastic dan dikelilingi lapisantipis otot polos. Dinding otot vesika seminalis mengandung anyaman serabut syaraf.
Sekresi vesika seminalis ditimbun pada bagian dalam kelenjar,dikeluarkan pada waktu ejakulasi oleh kontraksi otot polos. Sekret mengandung globulin dan kaya Vit.C dan fruktosa,metabolit yang penting untuk nutrisi dan pergerakan spermatozoa. Aktifitas sekresi vesika seminalis tergantung testosteron. Bila tidak ada testosterone sel vesika seminalis akan atrofi.
KELENJAR PROSTAT
Kumpulan 30-50 kelenjar tubule alveolar, bercabang dan saluran keluarnya bermuara pada uretra pars prostatika. Dibungkus oleh kapsul fibro elastic, dan dari kapsul ini akan timbul septa yang menembus kelenjar. Stroma kaya dengan jaringan fibromuskuler yang mengelilingi kelenjar. Lamina basalis tidak nyata ,sel epitel terletak pada satu lapisan jaringan pengikat yang banyak otot polos, serabut elastis padat ,dan kapiler darah. Epitel kuboid pad sebagian tempat silindris disertai sedikit sel basal. Sel selnya mengsekresi protein. Sel sel kaya akan lisosom dan mempunyai aktifitas  asam fosfatase yang besar. Pada karsinoma prostat kadar asam fosfatase dalam darah tinggi. Oleh karena asam fosfatase dalam serum digunakan untuk salah satu cara diagnose tumor.
KELENJAR BULBO URETRALIS
Bentuk seperti kacang polong. Terletak dibelakang uretra pars membranacea dan bermuara kedalam bagian uretra tersebut. Kelenjar tubule alveolar Punya kerangka dan sel sel otot polos dalam septa sehingga terbentuk lobules lobules. Sekresi berbentuk mukoid.
PENIS
Terdiri dari tiga massa silindris dari jaringa erektil ditambah uretra,diluarnya diliputi kulit. Dibagian dorsal disebut corpora kavernosa penis, satu diventral dinamakan korpus kavernosum uretae dan mengelilingi uretra. Pada ujungnya melebar membentuk glas penis. Korpora kavernosa diliputi membrane jaringan pengikat yang kuat disebut tunika albugenia. Korpora kavernosa penis dan uretra terdiri tas pelebaran pembuluh darah yang tidak teratur dan dibatasi endotel.

TRAKTUS URINARIUS

Fungsinya adalah mempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urin, mengatur keseimbangan cairan tubuh, dan tempat pembentukan renin dan erithropoetin. Terdiri atas Ren, Ureter, Vesika urinaria, dan Uretra.
1. REN
Dibungkus oleh jaringan pengikat padat. Bentuknya menyerupai biji kacang buncis, pada bagian konkaf (hilus) terdapat pembuluh darah, syaraf, lymfePada potongan memanjang:
a. Medulla (dalam)
Terdiri atas 10-18 struktur berbentuk kerucut (pyramid medulla/malphigi) dg dasar/pinggirnya pada kortek, puncaknya pada menonjol kedalam calyx berupa papilla. Pada pailla terdapat 10-12 lobang yang merupakan muara duktus kolligens (area cribrosa). Dari dasar pyramid tersusun 400-500 tubulus panjang disebut medullary ray. Tiap medullary ray terdiri atas duktus kolligens lurus. Terdapat tubulus koligens.
b. Koteks 
Terletak antara dasar pyramid dan kapsula ginjal. Pada potongan segar terdapat bercak bercak merah. Terdapat nefron. Nefron merupakan unit filtrasi fugsional ginjal. Tiap tiap ginjal mempunyai 1–2 juta unit filtrasi fungsional. Tiap nefron terdiri atas Renal korpuskulum (badan malphigi), Tubulus kontortus proksimal, Lengkung henle, dan Tubulus kontortus distalis.
2. URETER
Ureter dan vesika urinaria mempunyai struktur dasar histologi yang sama. Makin dekat kearah vesika urinaria menjadi lebih tebal. Mukosa dilapisi epithel transtitional. Lapisan otot dekat vesica urinaria menjadi longitudinal, oleh karena itu bagian ureter yang terletak dalam vesica urinaria terdiri atas serabut longitudinal yang menyebar kedistal membentuk trigonum superficial. Kira-kira 2–3cm proksimal dari vesika urinaria ada permukaan luar ureter ditemukan selubung waldeyer. Berakhir pada leher vesika urinaria sebagai dengan membentuk trigonum profunda. Ureter menembus dinding kandung kemih secara miring sehingga terbentuk katup yang mencegah aliran balik urine.
3. VESIKA URINARIA
Mukosa dilapisi epithel transtitional. Bila Vesika urnaria kosong dapat membentuk lipatan, sebaliknya bila penuhmenjadi datar. Serabut otot berjalan kesegala arah menuju leher vesika urinaria.
Terdapat tiga lapisan :
1.Lapisan longitudinal ,pada bagian distal leher vesika urinaria menjadi sirkuler mengelilingi urethra pars prostatika dan prostat (laki-laki)
2.Lapisan tengah ,berakhir pada leher kandung kemih
3.Lapisan luar longitudinal, melanjutkan diri sampai ke ujung prostat (laki-laki) dan meatus uretra ekternus (wanita) 
4. URETRA
Merupakan tabung yang mengalirkan urine ke luar tubuh.
a. Uretra pada pria
Terbagi atas 4 bagian Pars prostatika, Pars membaranacea,Pars bulbaris, Pars pendulosa.Pada bagian dorsal dan distal uretra pars prostatika terdapat suatu peninggian, verumontanum, yang menonjol kedalam. Pada ujung verumontanum bermuara tabung buntu yang dinamakan “ utrikulus prostatikus”. Pada pinggir verumontanum bermuara duktus ejakultaorius. Mukosa dilapisi epithel transtitional. Pars membranacea panjangnya kurang lebih 1 cm dan dilapisi epithel  thoraks semu. Uretra pars bulbaris dan pendulosa terletak dalam korpus spongiosum penis. Bagian distal lumen uretra melebar membentuk fossa navicularis. Epithel thoraks berlapis semu . Kelenjar littre merupakan kelenjar mukosa yang terdapat sepanjang uretra,tapi paling banyak pada pars pendulosa.
b. Uretra pada wanita
Panjangnya 4 – 5 cm, dilapisi epithel berlapis gepeng. Bagian tegah uretra dilapisi oleh sphincter ekternus yang terdiri atas olot bergaris.

Friday, 2 May 2014

KEBIASAAN BURUK YANG SERING TERJADI DALAM RONGGA MULUT

Kebiasaan merupakan faktor penting yang dapat menjadi penyebab dan berkembangnya penyakit seperti penyakit periodontal pada rongga mulut. Seringkali, kebiasaan yang dilakukan tanpa disadari ternyata dapat merusak atau membahayakan bagian rongga mulut kita. Kebiasaan buruk tersebut dapat mempengaruhi jaringan keras (gigi, tulang alveolar), jaringan pendukung (gingiva dan ligamentum periodontal) maupun mukosa dalam rongga mulut lainnya (lidah, bibir, pipi, palatum).
Kebiasaan yang secara signifikan dapat menyebabkan penyakit periodonyal, diklasifikasikan oleh Sorin sebagai berikut:
1. Kebiasaan neurosis (stres emosional)
Contoh: menggigit bibir, menggigit pipi, menggigit-gigit tusuk gigi di antara gigi, mendorong lidah, menggigit-gigit kuku, menggigit-gigit pensil dan kebiasaan parafungsional (bruksism, clenching), dsb.
2. Kebiasaan akibat pekerjaan
Contoh: pemangkas rambut yang biasa membuka jepit rambut dengan gingiva dan menggigit atau menahan paku seperti yang biasa dilakukan oleh tukang sepatu, tukang kayu, tukang meubel, dsb.
3. Kebiasaan lainnya

Contoh: merokok, mengunyah sirih atau tembakau, menyikat gigi terlalu keras dalam arah vertikal maupun horisontal, bernapas lewat mulut, minum susu dg botol yg dibawa hingga tidur, memakai perhiasan atau asesoris yang dipasangkan di bibir dan lidah, menghisap jari, dsb.

Saturday, 19 April 2014

Mekanisme Pergerakan Gigi

Inflamasi adalah suatu proses yang terjadi akibat dari adanya gaya tekanan dan tarikan pada gigi yang berhubungan juga didalam terjadinya remodeling. Inflamasi merupakan serangkaian perubahan-perubahan imunologis melibatkan sitokin-sitokin sebagai mediator inflamasi yang dihasilkan oleh sel fibroblas. Respon inflamasi distimulasi oleh pelepasan dan aktivasi beberapa mediator. Inflamasi telah diklasifikasikan ke dalam akut dan kronis, dengan menggunakan durasi sebagai kriteria. Proses inflamasi akut ditandai oleh tiga tahap utama (Scott et al. 1994):
1. Vasodilasi dan peningkatan aliran darah ke daerah tersebut.
2. Peningkatan permeabilitas vascular dengan kebocoran plasma dari mikrosirkulasi.
3. Migrasi phagocytic leukosit dari mikrosirkulasi ke dalam jaringan sekeliling.
Proses inflamasi akut pada awal gerakan gigi secara ortodonti pada dasarnya bersifat eksudatif, di mana plasma dan leukosit bermigrasi dari kapiler di daerah regangan paradental. Satu atau dua hari kemudian, fase inflamasi akut berakhir dan digantikan oleh proses kronis yang pada pokoknya bersifat proliferatif, yang melibatkan fibroblast, sel endothelial, osteoblast dan sel sumsum tulang alveolar. Selama periode ini, leukosit terus bermigrasi ke dalam jaringan paradental yang meregang dan memodulasi proses remodeling.
Inflamasi kronis biasanya berlangsung sampai janji-temu klinik berikutnya, saat ortodontis mengaktifkan alat penggeser-gigi, dengan demikian dimulai periode inflamasi akut lainnya dan dapat menimpa kembali inflamasi kronis yang sudah terjadi. Untuk pasien, periode inflamasi akut terkait dengan sensasi nyeri dan penurunan fungsi (mengunyah). Refleksi dari fenomena ini bisa ditemukan pada cairan crevicular gingival (GCF) gigi yang sedang bergerak, di mana kenaikan yang signifikan dalam konsentrasi mediator inflamasi, seperti sitokin dan prostaglandin, terjadi untuk sementara.
Semula Sitokin disebut juga limfokin ketika masih dikira hanya disekresikan oleh T sel, baru kemudian diketahui sel-sel lain seperti makrofag juga dapat mensekresinya. Bagaimanapun, ketika menyebut sitokin limfosit, istilah limfokin masih digunakan.
Pada reaksi imunologik atau reaksi inflamasi banyak substansi serupa hormon dilepaskan oleh limfosit T dan B maupun oleh sel-sel lain, berfungsi sebagai sinyal interselular untuk mengatur respons inflamasi lokal maupun sistemik terhadap rangsangan dari luar. Sekresi substansi itu dibatasi sesuai kebutuhan (self-limitting).
Substansi-substansi tersebut secara umum dikenal dengan nama sitokin, substansi yang dilepaskan oleh limfosit disebut limfokin sedangkan yang disekresikan oleh monosit disebut monokin. Sitokin ini berperan dalam pengendalian haemopoesis maupun limfopoesis dan juga berfungsi dalam mengendalikan respons imun dan reaksi inflamasi dengan cara mengatur pertumbuhan, serta mobilitas dan diferensiasi leukosit maupun sel-sel lain. Selain itu sitokin juga diketahui berperan dalam patofisiologi berbagai jenis penyakit. Tidak hanya destruksi tulang terinflamasi diatur oleh produksi sitokin lokal akan tetapi begitu juga remodeling tulang normal.

Secara fisiologi, tulang mengalami resorpsi dan aposisi tulang yang terus-menerus. Keseimbangan negatif antara resorpsi dan pembentukan tulang sering karena resorpsi yang berlebihan, adalah dasar dari banyaknya penyakit tulang. Diantara faktor-faktor yang dihasilkan secara lokal untuk mengatur remodeling tulang fisiologis adalah PGs, IL-1, TNF-α dan kemungkinan IL-6. Resorpsi dilaksanakan oleh osteoklas yang  merupakan sel-sel multinucleated khusus berasal dari hemopoietic sedangkan pembentukan tulang dilaksanakan oleh osteoblas. Strategi utama dalam ortodonti klinis adalah aplikasi kekuatan mekanik untuk menghasilkan remodeling jaringan periodontal yang terorganisasi dengan sebuah tujuan yakni pergerakan gigi. Kekuatan ortodonti disalurkan dari akar gigi ke periodontium dimana sel-sel distimulasi untuk remodeling matriks yang mengelilingi mereka. Pergerakan ortodonti disebabkan resorpsi tulang di tempat-tempat tekanan dan aposisi tulang di tempat-tempat tarikan. Sitokin seperti IL-1α, IL-1β, dan TNF-α telah diimplikasikan dalam proses tersebut. 

Pola Penelanan

1.  Pola Penelanan Bayi Normal (Penelanan Infantil atau Viceral)
     Pada penelanan bayi yang normal, lidah berada di antara gumpad atas dan bawah, mandibula distabilkan oleh kontraksi otot fasial. Otot businator berkontraksi dengan kuat pada waktu bayi menelan dan pada saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi dan saat menyusui. Penelanan bayi normal terjadi pada bayi yang baru lahir dan secara bertahap menghilang seiring dengan tumbuhnya gigi di bagian bukal pada periode gigi sulung.
     Penghentian pola penelanan bayi dan munculnya pola penelanan dewasa bukanlah suatu fenomena on-off yang sederhana, malahan kedua elemen itu saling bercampur aduk selama periode gigi sulung dan kadang-kadang sampai periode gigi campur. Gambaran yang terlihat pada wajah dari kombinasi kedua pola penelanan ini disebut “Pola Penelanan Peralihan” (transisional).
     Pengurangan aktivitas otot businator merupakan bagian dari masa transisi ini. Fitur paling khas yang menandai dimulainya proses penghentian pola penelanan bayi yang normal adalah munculnya kontraksi otot-otot elevator mandibula selama menelan yang menstabilkan kedudukan gigi pada waktu oklusi.
2. Pola Penelanan Bayi yang Menetap
    Pola penelanan bayi yang menetap dapat didefinisikan sebagai persistensi predominan refleks menelan bayi setelah gigi tetap erupsi, tetapi hanya sedikit orang-orang yang memiliki pola ini. Pola ini dapat terlihat dengan adanya kontraksi otot-otot lidah dan fasial yang sangat kuat, bahkan terlihat juga pada waktu ia menyeringai yang sangat lebar. Pengukuran lidah yang kuat terjadi di antara gigi di bagian depan dan di kedua sisinya, serta kontraksi otot-otot businator juga menjadi khusus pola ini.
     Orang yang mempunyai pola ini memiliki wajah tanpa ekspresi, karena otot-otot yang dipersyarafi nervus kranialis, tidak digunakan untuk mengekspresikan wajah, melainkan dipakai untuk menstabilkan mandibula selama menelan yang membutuhkan kerja-kerja dari otot-otot tersebut. Pola penelanan bayi yang menetap ini dapat pula menyebabkan orang yang akan mengalami kesulitan dalam pengunyahan, sebab biasanya oklusi yang terjadi hanya pada salah satu gigi molar dalam setiap kuadran.
3. Pola Penelanan Dewasa Normal (Penelanan Somatik)
     Pola penelanan dewasa normal digambarkan dengan aktivitas bibir dan pipi serta kontraksi otot-otot elevator mandibula. Aktivitas bibir selama pola penelanan dewasa normal tergantung dari kemampuan lidah  untuk menghasilkan valvaseal (sumbat katup) yang sempurna terhadap gigi dan prosesus alveolaris. Menjulurkan lidah pada waktu menelan dapat dibagi 2 yaitu :
a) Tipe simpel: menunjukkan otot-otot bibir, mentalis elevator mandibula, dan gigi beroklusi dengan posisi lidah yang maju. Tipe ini biasanya terlihat pada anak yang mengisap dot terlalu lama dan yang hipertropi.
b) Tipe kompleks: biasanya menyebabkan terjadinya hambatan oklusi (occlusal interference). Tipe ini mengkombinasikan kontraksi otot bibir, fasial, dan mentalis, kurangnya kontraksi otot-otot elevator mandibula, serta penelanan tanpa kontak gigi. Jadi tipe ini dapat diartikan sebagai penjuluran lidah dengan pola menelan tanpa kontak gigi

Tahap-Tahap Penelanan


1. Selama tahap pertama penelanan, makanan dikumpulkan pada bagian depan dari mulut, di depan lidah yang teretraksi. Lengkun posterior pada bagian dorsum menyentuh bagian palatum lunak. Bagian bibir tidak berkontak dan gigi – gigi tidak oklusi.
2. Selama fase kedua penelanan, tahap transportasi bagian ujung lidah bergerak ke atas dan bagian anterior dari dorsum lidah menjadi depresi.
3. Bagian anterior lidah secara keseluruhan bergerak ke atas dan bagian tengah dari dorsum lidah melemah. Transportasi peristaltis dari bolus makanan bergerak ke belakang.
4. Merupakan terakhir dari transportasi, palatum lunak bergeser ke atas dan ke belakang. Otot – otot bibir berkontak stimultan, bersamaan dengan bibir, mandibula terangkat dan gigi menjadi berkontak.
5. Bagian dorsum lidah melemah selain itu selama penelanan bolus makanan melewati isthmus orofaringeal, secara simultan bagian anterior lidah menekan bagian palatum keras, dengan demikian mendorong bolus makanan tersebut ke belakang.
    6. Selama proses penelanan berlangsung, bagian dorsum lidah bergerak lebih ke atas dan belakang berlawanan dengan palatum lunak dan mendesak bolus makanan ke luar dari daerah orofaring.
7. Tahap penelanan telah selesai dan mandibula kembali ke posisi istirahat.
8. Kedua rahang terpisah selama penelanan. Lidah menekan ke depan dan terletak diantara gusi. Ujung dari lidah protusi. Mandibula stabil dengan kontraksi dari lidah dan oto – otot orofacial, lidah berkontak dengan bibir.

Artikulasi Suara

     Variasi dari hubungan antara bibir dan lidah terhadap palatum dan gigi geligi akan menghasilkan variasi suara.
  •       Suara yang dibentuk oleh kedua bibir adalah ‘m, b dan p’ , dimana kedua bibir akan saling mendekat dan berkontak (labial).
  •      Gigi berperan dalam pembentukan huruf  ‘s’ dimana tepi insisal dari insisif atas dan bawah saling mendekati tapi tidak berkontak. Lewatnya udara diantara gigi –gigi tersebut akan menghasilkan suara huruf ‘s’.
  •          Posisi ujung lidah yang menyentuh palatum langsung dibelakang gigi akan menghasilkan suara huruf ‘d’ (linguopalatal).
  •       Kombinasi dari struktur anatomis akan menghasilkan beberapa macam bunyi, seperti : bibir bawah yang menyentuh tepi insisal gigi atas akan membentuk suara huruf ‘f’ dan ‘v’ (labiodentals), dan
  •          Suara huruf ‘k’ dan ‘g’ dihasilkan saat bagian posterior dari lidah menyentuh palatum lunak.
  •          Bunyi ‘d’ , ‘j’ dan ‘k’ disebut linguopalatal

      Bunyi huruf hidup dibentuk oleh larynx dan diamplitudokan tanpa obstruksi cavum oris ataupun cavum nasi.  Bunyi huruf hidup berjalan melintasi cavum nasi dan mempunyai kualitas nasal.

GANGGUAN PROSES BICARA

Setiap penyakit atau kelainan yang mengganggu perkembangan komponen biacara akan menimbulkan gangguan bicara. Berikut adalah beberapa gangguan/kelainan pada organ oromaksilofasial yang menyebabkan kelainan pembentukan suara :
1. Peradangan pada faring, sinus nasalis atau jaringan nasal akibat infeksi atau alergi akan menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi datar, sengau sulit dimengerti.
2. Penderita dengan ‘anterior open bite ‘ tidak dapat mengeja huruf ‘m, b dan p’ dengan benar karena bibir tidak dapat merapat.
3. Penderita dengan kelainan anatomis seperti makroglosia atau mikroglosia akan mengalami gangguan artikulasi yang berat.
4. Pembuatan gigi tiruan yang tidak tepat dapat menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi tidak jelas.
Kelainan artikulasi pada waktu berbicara, banyak ditemukan pada orang mempunyai palatum sempit sehingga posisi lidah menjadi lebih rendah dan lebih ke depan. Hal iniditemukan/diteliti oleh Ingeervall dan Samnas (1962).
Makin tinggi frekuensi kelainan artikulasi pada palatum yang sempit disebabkan oleh kurangnya ruang untuk pergerakan lidah selama proses berbicara. Ukuran dari lengkung  gigi pada rahang atas mempengaruhi terjadinya distorsi konsonan medioalveolar. Panjang dan lebar palatal juga berhubungan dengan kesalahan penempatan artikulasi.
Tinggi palatal juga berpengaruh dengan distorsi yang terjadi pada beberapa konsonan. Hal ini yang mempengaruhi  terjadinya kelainan  artikulasi dalam berbicara, walaupun masih banyak hal-hal lain yang dapat menyebabkan kelainan artikulasi tersebut.

Rochette (Maryland) Bridge

Rochette (Maryland) Bridge adalah sebuah protesa yang dibuat dari kerangka logam cor yang direkatkan ke enamel gigi penyangga dengan bahan pengikat resin komposit.
Gigi Tiruan Jembatan tipe ini sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal. Dilakukan preparasi sebatas email. Gigi tiruan tipe ini terdiri dari satu atau beberapa pontik yang didukung dari retainer tipis yang direkatkan etching bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal. Gigi penyangga harus cukup lebar agar dapat memberikan retensi dan resistensi yang maksimal.
Indikasi: 
  • Gigi anterior permanen hilang karena trauma
  • Penggantian kehilangan gigi anterior pada anak-anak, karena pada anak-anak ruang pulpa masih sangat besar.
  • Kehilangan gigi anterior congenital ( umumnya, insisivus lateral )
  •  Gigi anterior yang di ekstraksi karena alasan periodontal atau karies yang sudah luas.
  •  Sebagai Splinting Periodontal
  • Pengganti gigi yang hilang
  • Splinting prosthodonsi
  • Perubahan permukaan oklusal
  • Kombinasi dengan Gigi tiruan sebagian lepasan
  • Gigi Tiruan Jembatan span yang pendek
  • Abutment yang tidak membutuhkan restorasi
Kontraindikasi: 
  • Sensitif terhadap base metal alloys
  • Jarak yang terlalu panjang
  • Enamel yang inadequate untuk bonding
  • Kualitas enamel yang buruk
  • Mahkota klinis yang pendek
  • Insisivus dengan dimensi bukal dan lingual yang tipis
  • Patologi oklusi. Contoh pada pasien yang memiliki bruxist signifikan atau parafunctional aktivitas. Beban yang jauh lebih tinggi daripada fungsi normal cenderung merugikan retensi kerangka dan kemampuannya untuk menahan distorsi
  • Angka karies tinggi atau beresiko karies tinggi
  • Pasien dengan oral hygiene yang buruk
  • Gigi penyangga yang tidak kuat karena jaringan periodontal yang tidak mencukupi serta gigi penyangga karies
  •  Penggantian gigi anterior yang deep over bite
  • Maloklusi yang mengakibatkan estetik yang buruk
Prosedur : 
   Unit kantilever digunakan sebagai sayap retensi sehingga jembatan akan bergerak. Gigi penyangga yang ganda mengahsilkan satu sisi yang berikatan, tetapi fixture yang tersisa sedikit. Hal ini menyebabkan lebih mudah terdapat karies dibawah retainer. Gigi disusun dengan alur untuk menambah kekuatan mekanis retensi dan memaksimalkan ikatan adhesiv.
Metode perlekatan bonding : 

  • -          Macro-mechanical retention
  • -          Micro- mechanical retention
  • -          Chemical retention
  • -          Mixed retention
Keuntungan: 
  • Preparasi minimal dari gigi penyangga dan mempertahankan ketebalan dari enamel, sebagai retainer menggunakan teknik adhesiv etsa-asam.
  • Estetik sangat baik untuk pengganti gigi anterior
  • Kegagalan dapat diperbaiki dengan mudah
  • Pulpa tidak terlibat
  • Waktu penggerjaan relatif singkat
  • Trauma pada pulpa dan jaringan periodontal sedikit.
  • Lebih murah dibandingkan restorasi all keramik atau metal – keramik.
  • Preparasi dapat dilakukan tanpa anestesi lokal.
  • Tidak membutuhkan pembedahan.
Kerugian: 
  • Tidak bisa dilakukan apabila tetangga gigi penyangga mengalami karies besar
  • Pemakaian jangka panjang kurang disarankan
  • Dapat menyebabkan perubahan warna keabuan pada gigi penyangga
  •  Ikatan restorasi akan berkurang jika perlekatan kurang baik pada saat  penyemenan.
  • Jika ketebalan enamel kurang , maka restorasi ini tidak cocok
  • Restorasi ini menjadi kontraindikasi jika terdapat keausan yang parah
  • Tidak bisa digunakan pada gigi yang memiliki jarak interproksimal yang lebar, mahkota gigi yang kecil dan hubungan oklusal yang tidak menguntungkan.

Restorasi metal-keramik

Restorasi metal-keramik (porcelain-fused-to-metal atau PFM) merupakan salah satu restorasi yang populer pada tahun-tahun belakangan ini akibat meningkatnya permintaan penampilan secara estetik, daya tahan, dan fleksibilitas pada penggunaan gigi tiruan cekat. Restorasi all keramik sangat baik penampilannya dan terlihat natural atau sewarna dengan gigi tetapi brittle dan cenderung mudah fraktur. Berbeda dengan restorasi metal, restorasi cenderung kuat namun tidak bisa digunakan pada gigi anterior karena pertimbangan estetik. Sehingga kombinasi keduanya metal keramik restorasi memiliki kekuatan yang baik dan penampilan yang estetik. Sifat dasar yang dimiliki oleh porselen yang memungkinkan terbentuknya restorasi PFM adalah adanya ikatan antara porselen dan logam. Tanpa ikatan ini, porselen akan cepat rusak didalam mulut karna rapuh. Restorasi PFM ini mengkombinasikan estetis alami dari material yang rapuh seperti porselen dengan daya tahan dan marginal fit pada metal casting. Beberapa faktor yang mengontrol perikatan metal-keramik adalah pembentukan ikatan kimia yang kuat, mekanik interlocking antara dua bahan, dan tegangan sisa. Oleh karena itu  gigi tiruan jembatan berbahan dasar Porcelain fused to metal merupakan pilihan yang tepat dalam perawatan prostodontik gigi tiruan jembatan.

FARMAKOKINETIK

     Proses mulai dari mulai dari masuknya obat ke dalam tubuh sampai dikeluarkan kembali disebut Farmakokinetik. Termasuk dalam proses farmakokinetik adalah absorpsi, distribusi, biotransformasi dan ekskresi obat. Untuk menghasilkan efek, suatu obat harus terdapat dalam kadar yang tepat pada tempat obat tersebut bekerja. Untuk mencapai tempat kerjanya, obat harus melewati berbagai membrane sel tubuh mulai dari tempat pemberian sampai kepada sel target.
     Respon yang diinginkan dari suatu obat biasanya berkaitan dengan kadar obat pada tempat kerjanya, sehingga tujuan terapi adalah untuk mempertahankan kadar obat yang cukup pada tempat kerjanya. Pada kenyataannya, sangat sulit mengukur kadar obat pada tempat kerja obat tersebut dan akan lebih mudah mengukur kadar obat dalam plasma darah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tujuan terapi adalah mempertahankan kadar obat yang cukup dalam darah yang akan memberiokan hasil pengobatan yang kita inginkan. Secara sederhana kaitan kadar obat dalam plasma dengan efek yang diharapkan dapat dilihat dari bagan di bawah ini:
OBAT -> DARAH (PLASMA) -> TEMPAT KERJA -> EFEK

    Setiap individu mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda. Dosis yang sama dari suatu obat bila diberikan pada sekelompok orang bisa menunjukkan gambaran kadar yang berbeda-beda dengan respon yang berlainan pula. Namun demikian konsentrasi obat dalam darah dengan respon yang dihasilkan tidak banyak bervariasi dibanding dengan hubungan dosis dengan respon. Skema hubungan absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi obat dan konsentrasi pada tempat kerja obat.
     Dengan menganggap bahwa respon terhadap obat tergantung pada kadar obat dalam darah, maka dikenal ada 3 macam kadar obat, yaitu: kadar efektif minimum, dimana pada kadar di bawahnya tidak jelas adanya efek obat; kadar toksik dimana efek-efek toksik (efek samping yang tidak diinginkan) mulai timbul dan therapeutic window, kadar obat yang terletak antara kadar efektif minimum dan kadar toksik.
     Tujuan terapi adalah mempertahankan kadar obat dalam batas-batas therapeutic window sehingga efek yang diinginkan didapat dengan efek samping yang menimal. Harus diingat bahwa therapeutic window juga bervariasi secara individual, misalnya fenitoin (suatu obat kejang) mempunyai therapeutic window yang sempit yaitu antara 10-20 mg/liter sudah efektif mengontrol timbulnya kejang.

SURAT KETERANGAN DOKTER


I.                Pada aktivitas sehari-hari, seorang Dokter disamping melakukan tindakan medis juga menerbitkan surat keterangan dokter. Penerbitan surat keterangan Dokter ini akan menimbulkan juga aspek hukum dan permasalahan bagi Dokter apabila tidak hati-hati dan tidak mengerti maksud dan tujuan dari penerbitan surat keterangan dokter. Pada beberapa literature dikenal dengan istilah Medical Report, certicates, dan statements. Dalam arti umum surat keterangan adalah surat yang dibuat sebagai bukti untuk menerangkan atau menyatakan sesuatu. Surat keterangan dokter (medis) adalah surat keterangan mengenai keadaan kesehatan atau sakit seorang pasien yang dibuat oleh dan ditanda tangani oleh seorang dokter. Dengan demikian maka surat keterangan medis dapat menjelaskan tentang penyakit atau bagaimana sakitnya pasien.

II.            Surat Keterangan Dokter (medis)
1. a. Surat keterangan sakit seperti tidak dapat mengikuti ujian masuk, berkerja/sekolah, tidak dapat mengikuti sidang pengadilan. Seorang dokter harus waspada terhadap segala kemungkinan simulasi atau agravasi pada waktu menerbitkan surat keterangan sakit.
                b. Surat keterangan sakit
                        - merujuk ke dokter yang lain
                        - ke L.N.
                        - konsultasi
2. Surat keterangan sehat
          Dapat digunakan untuk :
                         - melamar perkerjaan
                         - asuransi
                         - general check up
3. Surat keterangan kelahiran
Kewajiban mengeluarkan surat keterangan mengenai kelahiran hendaklah diisi sesuai dengan keadaaan yang sebenarnya.
          4. Surat keterangan kematian (mati wajar)
Surat keterangan kematian di Rumah Sakit biasanya mencantumkan Identitas pasien, lamanya perawatan, dan waktu kematian. Apabila jenazah akan dibawa ke luar negeri, maka adanya kematian karena penyakit menular harus diperhatikan.
           5. Surat keterangan untuk kepentingan peradilan (visum et reptum)
Keterangan ini biasanya diberikan oleh Dokter Forensik untuk korban mati sedangkan untuk korban hidup tergantung kepada kasusnya.
III.       Aspek formal surat keterangan dokter (medis)
        Adalah yang berhubungan dengan penerbit surat keterangan dokter. Aspek materil surat keterangan Dokter (medis) adalah yang berhubungan dengan isi yang dijelaskan di dalam surat keterangan dokter. Dokter yang menerbitkannya harus betul-betul yakin  apa yang dituliskannya atau dinyatakannya. Dan seperti sudah diketahui seorang dokter telah mengucapkan sumpah kedokteran.

Pasal 7 Kodeki
Seorang dokter yang hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya.

Pada penjelasan dan pedoman pelaksanaan KODEKI tersebut dinyatakan bahwa :
“Waspadalah terhadap sandiwara (“Simulasi”) melebih-lebihkan (“aggravi”) mengenai sakit atau kecelakaan kerja. Berikan pendapat yang objektif dan logis  serta dapat diuji kebenarannya.

Dokter dianggap melanggar etik,apabila ia mengetahui secara sadar menerbitkan surat keterangan yang tidak mengandung kebenaran.

Pasal 267 KUHP
(1)   Seorang dokter yang dengan sengaja membuat surat keterangan palsu tentang ada tidaknya penyakit-penyakit,kelemahan atau cacat,dapat dijatuhi hukuman penjara paling tinggi 4 tahun.
Contoh : - surat keterangan kematian,tetapi orangnya masih hidup.
             - tidak bisa memenuhi panggilan pengadilan.
(2) Seorang dokter yang dengan sengaja membuat suatu surat keterangan palsu dengan tujuan untuk memasukan seseorang ke dalam rumah sakit jiwa atau dikeluarkan dari rumah sakit tersebut dapat dikenakan penjara paling tinggi 8 tahun 6 bulan.

Contoh : Pasal 44 KUHP :
Seorang tidak dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya karena gangguan perkembangan atau sakit jiwa.
           
IV.        Surat keterangan lahir
Dokter rumah sakit,bidan,sering kali melupakan betapa pentingnya aspek identitas pasien (KTP, dsbnya). Lebih mengutamakan pertolongan persalinan dan biaya persalinan. Pasien dapat berbohong dengan menyatakan kepada dokter identitas orang lain.

V.          Lahir mati (Stillbirth)
Seorang bayi yang dilahirkan mati tidak membutuhkan surat keterangan, tetapi untuk kepentingan penguburan perlu diterbitkan surat kematian.

VI.        Surat keterangan kematian
Surat keterangan kematian dapat diterbitkan apabila pasien meninggal dalam perawatan di RS.UGD  sering kali pasien telah meninggal dunia sebelum sampai di RS.

VII.     Pembuktian
Menurut pasal 1874 KUH Perdata, surat keterangan dokter (medis) adalah surat yang dibuat di bawah tangan (onderhandse genchriften). Lawannya akte otentik (autenthieke acten) yang dibuat oleh pejabat Negara yang ditunjuk. misalnya akte notaries, keputusan pengadilan, surat-surat catatan sipil, dll.
        Surat di bawah tangan = tidak disangkal = kekuatan sama seperti akte otentik. Isi surat keterangan dokter (medis) dituduh tidak mengandung kebenaran, dipersoalkan kebenarannya (intellectuele valsheid)

VIII.       Surat keterangan dokter (medis) untuk penegakan hukum = visum et repertum.Visum et repertum = surat surat keterangan ahli adalah surat keterangan dokter (medis) yang dibuat oleh dokter berdasarkan permintaan oleh penyidik, hidup atau mati, utuh atau terpotong-potong untuk kepentingan berdasarkan sumpah jabatan dan keilmuan.
Penjelasan KODEKI :
Kepolisian dan kejaksaan sering meminta visum et repertum kepada seorang dokter dalam hal perkara penganiayaan dan pembunuhan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Visum agar dibuatkan dengan teliti dan mudah dipahami berdasarkan apa yang dilihat. Selain itu visum et repertum haruslah objektif tanpa pengaruh dari yang berkepentingan dalam perkara itu.